Jumat, 23 Desember 2022

Mari masuk, para pelanggan buku!


Saya akan sedikit bercerita mengenai kejadian yang kerap kali terjadi ketika saya sedang berbakti.

Kisah pertama tentu yang baru saja terjadi.

Hari ini, Umi pergi ke Soppeng, Abi dan adikku pergi ke Bantaeng. Tersisalah kami para putri di rumah. Biasanya, kalau umi dan abi tidak ada, toko akan ditutup, karena saya pribadi takut jaga toko sendiri, apalagi di sekitar rumah tidak jarang bernuansa Texas. Namun, karena saat ini ada kakak kedua saya, kami pun bergantian jaga toko. Sore hari, masuklah satu orang pengunjung. Dari penampilannya, terlihat seperti mahasiswa tahun awal. Ia mencari buku filsafat. Saya yang lumayan paham letak-letak buku pun menyodorkan beberapa pilihan. Ternyata, dia mencari satu buku yang spesifik (Kenapa tidak bilang dari tadi?:D). Buku yang tidak familiar membuat saya mesti meminta pertolongan kepada umi. Saya pun berniat mengambil hp di dalam rumah dan memintanya tunggu sebentar. Saya sedikit berlari kecil. Bukan tanpa alasan, melainkan salah satu kekhawatiran saya jika mengatakan tunggu kepada pengunjung, yaitu ketika orang tsb mengikuti saya masuk ke dalam rumah. Ya.. bisa dibayangkan bagaimana kecanggungan dapat tercipta begitu saja. Kekhawatiranku ini juga berdasarkan pengalaman...

Saya pun segera masuk, dan berhasil membuat pelanggan itu tidak mengikuti saya masuk ke rumah. Saya kemudian mengambil hp dan menelpon bala bantuan, menanyakan perihal buku yang dia cari. Stoknya ternyata kosong. Si Pelanggan pun mulai melihat buku-buku lain, dan menemukan satu buku. Ia kemudian menanyakan perihal harga. Saya mencoba mengecek belakang buku. wagadaw.. tidak ada harganya. Saya kemudian menelpon umi sekali lagi. Sayangnya, umi juga ragu berapa harga buku tersebut, dan mengatakan akan mengecek di web dulu. Saya pun meminta si Pelanggan untuk menunggu sekali lagi. Cukup lama waktu berselang, saya pun chat umi, menanyakan apa sudah dapat atau belum. Ternyata umi mendapat dua harga berbeda, dan akan menelaah harga lebih jauh. Saya mulai mencuri pandang ke calon pembeli. Ia tengah asik melihat-lihat buku lain. Agak lama menunggu, umi masih belum mendapatkan harga yang pas, dan akan menelpon toko buku lain mengenai harga buku ini (Ya.. sulit dijelaskan mengenai hal ini). Saya pun melirik sedikit ke si Pelanggan. Dia tidak lagi melihat-lihat buku, akan tetapi hanya memandang saya, menunggu jawaban. Seketika rasa panik pun menggerogoti, saya merasa terbebani dengan tatapan si doi. Sayapun mencoba menghubungi umi sekali lagi. Ternyata, pemilik toko buku yang ditempati bertanya tidak aktif (cry). Akhirnya, umi pun memutuskan untuk memilih salah satu harga. Segera saya memberitahu info ini kepada calon pembeli. Setelah mengetahui harganya, ia pun memutuskan untuk membeli buku tersebut.

Yah.. harapanku, semoga pelanggan tersebut masih ingin berbelanja di toko kami, meski pelayanannya cukup memakan waktu D:

Apa yang terjadi di bulan Juli?

 Setelah bulan sebelumnya saya sempat menceritakan mengenai seseorang, bulan Juli juga merupakan bulan di mana saya menyadari kehadiran seseorang lain. 

Awal mengenalnya cukup unik, dan terjadi sekitar semester 4 (Sekarang saya semester 9 :D (masuk 10)). Semester 4 merupakan semester yang cukup rumit, dikarenakan banyak mata kuliah yang membuat geleng-geleng kepala. Salah satu mata kuliah yang membuat saya cukup mempertanyakan mengapa mengambil jurusan psikologi, yaitu mata kuliah psikometri lanjut. Tugas akhir dari mata kuliah ini meminta mahasiswa untuk mencari 100 responden untuk mengisi skala. 100 responden di kota Makassar mungkin terdengar sedikit, apalagi jika kamu lahir dan besar di sini. Akan tetapi, saya juga cukup sulit untuk menemukan orang yang mau mengisi banyak pertanyaan membosankan, dan terlebih lagi, responden antar mahasiswa tidak boleh sama :D

Untuk mengatasi motivasi orang-orang yang tidak mau mengisi skalaku, saya menghadiahkan responden yang beruntung pulsa 50k. Setelah menyebar sana-sini, dan meminta tolong berbagai teman untuk mengisinya, sayapun akhirnya bisa mendapatkan responden sebanyak 100 orang. Saya pun mengolah data dan menyelesaikan tugas akhir, tidak lupa untuk mengundi responden yang beruntung. Kutemukanlah sosok beruntung itu, yang di kemudian hari akan membuat hariku seberuntung dirinya. 

Namanya asing. Bukan salah satu dari teman atau sekedar kenalanku. Setelah melihat identitasnya, ternyata dia merupakan teman dari teman SMP-ku. Kuhubungilah teman SMP-ku, menanyakan apa benar orang yang beruntung ini merupakan temannya. Ternyata benar. Setelah mendapat konfirmasi, saya pun segera menghubunginya. Memperkenalkan diri dan tidak lupa berterima kasih telah mengisi skalaku. Kesan pertama chat dengannya adalah sangat dingin. Padahal saya sudah mencoba untuk seceria mungkin. Yah, tanpa basa-basi, saya pun segera mengirim pulsa dan selesai sudah percakapan kami. 

Beberapa saat kemudian, orang yang bernama sama lewat di rekomdasi follow ig-ku. Ku coba lihat profilnya. Terkunci. Tapi di bionya sudah terpasang nama seorang perempuan. Saya pun tidak jadi mem-follownya. Jika ditanya kenapa tidak follow hanya karena seorang nama perempuan di bionya, saya hanya akan menjawab... yah untuk lebih menghargai orang yang sudah punya pasangan saja. 

Beberapa lama kemudian, saya sedang mengedit ucapan selamat atas terpilihnya ketua di salah satu mapala. Namanya tidak asing. Namun, wajahnya sama sekali tidak kukenali. Karena tidak begitu ingin tahu, saya pun tidak mencari tahu. Beberapa bulan kemudian, orang beruntung tersebut lewat kembali di rekomendasi follow ig. Dalam hati saya mengatakan, namanya tidak asing. Ku coba cek profilnya, dan saya pun mengingat orang beruntung tersebut. Kali ini tidak ada lagi nama perempuan yang nangkring di bionya, melainkan id mapala yang dimasukinya. Saya pun mengklik tombol follow, karena sesama anak mapala. 

Tidak lama kemudian, sg orang tersebut muncul. Dan entah dari mana perasaan sokabku berasal, saya pun membalas storynya, mengatakan bahwa masih ingatkah dia dengan skala yg diisinya. Ternyata masih. Dia kemudian mengenaliku sebagai anak mapala juga, mungkin dilihat dari beberapa postingan dan orang yang mengikutiku di ig. Semenjak itulah, kerap kali kami membalas story satu sama lain, namun tidak pernah bertatap wajah secara langsung. 

Hingga sampai di mana saya mesti ke sekret mapalanya untuk meminjam alat. Di situ saat kami bertemu langsung. Kesan awal yang muncul adalah seram. Meski sudah ada gambaran dari beberapa foto, melihatnya secara langsung membuatku cukup tertegun. Mungikin karena aura sebagai ketua dan anak teknik yang dipancarkannya, membuatku sedikit berbicara. Namun, setelah pertemuan itu, dia lebih sering melancarkan 'aksi'. 

Singkat cerita, di bulan Juli, saya dan beberapa teman ingin mendaki namun hanya perempuan saja. Cukup beresiko memang, akan tetapi kami enggan untuk mengajak laki-laki, terutama yang dari mapala kami. Banyak alasan, dan tidak patut untuk disampaikan satu-satu (YTTW). Setelah berbagai macam pertimbangan, kami pun memutuskan untuk mengajak laki-laki tapi bukan dari mapala kami. Salah satunya adalah Dia yang beruntung. Setelah pendakian itu, saya mulai menyadari kehadiran dia yang beruntung.

Bulan Juli mungkin akan menjadi bulan yang cukup berkesan, karena banyak hal bahagia yang terjadi. Jika ingin dipaparkan satu persatu mungkin akan menghabiskan banyak waktu dan tenaga untuk menceritakannya :D


UPDATE-AN TERBARU : SAYA DISELINGKUHI GAES, TERNYATA BLIO LELAKI KARDUS AWIKWOK

Kamis, 02 Juni 2022

Jalan Setapak

Hari ini suasana hatiku serasa terombang-ambing.

Entah karena berbagai tekanan dan tanggung jawab yang mesti diselesaikan dalam kurun waktu dekat, atau hal abstrak lainnya. Berat rasanya seperti ini. Beberapa kali saya mencoba mengingat alasan, mengapa begitu banyak tanggung jawab yang kupikul dengan sukarela? 

Pagi yang sedikit tidak bersemangat, sepertinya awal mula dari hari yang kelabu. Hingga pergantian hari, saya masih sibuk mencari kebahagiaan kecil. Sekedar sebagai penghibur semata. Sayangnya, kebahagiaan dan kesedihan kecilku bersumber pada satu objek yang sama. Jikalau ingin mencari kebahagiaan sederhana itu, harus dibayar pula dengan kesedihan. Sudikah diriku? 

Ha... sangat bimbang.  

Satu hal yang saat ini terus menari di kepalaku adalah apakah keputusan tempo hari yang kuambil dengan gagah berani, justru menimbulkan naas bagiku sendiri? Ingin rasanya mengetahui apa yang kau pikirkan tentang diriku. Sudah lama kutak frustasi memikirkan jalan pikiran orang lain. Setiap langkah yang ketempuh menuju dirimu, serasa semakin berat. Takut akan kehadiranku membuat harimu kelabu. 

Ingin rasanya membagikan kegundahanku hari ini. Namun, diriku serasa bertaruh. Apakah akan mendapatkan rasa senang, ataukah hanya menumpuk kesedihan.

Bertaruh.

Sekarang saya sedang bertaruh. Bagai melawan langit abu-abu. Jikalau gagal akan menimbulkan badai. Jikalau berhasil akan menimbulkan pelangi. Ah.. kuharap pelangi yang akan muncul. Begitupula denganmu. Biarkan pelangi mengiringi jalanmu. Kalau bisa, setapak yang kau lalui itu mengarah pondokku. Akan kususun batu sebagai petunjuk agar kau tak tersesat. Kemudian, akan kusambut kau di depan pintu dengan senyum terbaik. Mari berdiam diri di dalam pondok sejenak. Sekedar bertukar cerita dan perasaan. Jika nyaman, kau bisa tinggal. Akan kusediakan ruang untukmu. 

Namun... jika hendak pergi, tolong bawa payung ini. Meski kuharap, kau tak bertemu dengan badai. Jika kelak kau bertemu dengan sang badai, kembalilah ke pondokku. Akan kusediakan selimut dan cokelat panas yang dapat membuat kelabu pergi. Konon, kelabu tidak suka pada kehangatan. Sebab dia pun sedang mencarinya, namun tak kunjung bertemu.  


Minggu, 10 April 2022

Awal Mula [ Kilas Balik Stratosfer ]


Kemarin, saya pergi ke Maros untuk melakukan ceklok. Saya berboncengan bersama salah satu adik. Di perjalanan, saya banyak bercerita mengenai kehidupan saya selama menjadi mapala. Yaa.. seketika saja, rasa ingin berbagi di bonjour pun muncul. Sehingga, saat ini dan kedepannya, saya akan menyicil untuk menceritakan kehidupan saya sebagai seorang Stratosfer.  

Untuk cerita pertama yang akan saya pilih mungkin ketika saya pengkaderan. 

 

Sebagai pengantar cerita, saya akan menjelaskan sedikit terlebih dahulu. Jadi, saya memang sangat tertarik dengan kegiatan outdoor, bisa dibilang sejak kecil saya sangat menyukai bermalam di tenda. Waktu SD saya mengikuti pramuka, sayangnya ketika SMP dan SMA saya tidak dapat melanjutkannya karena berbagai hal. Ketika memasuki dunia kampus, saya diperkenalkan dengan salah satu mapala kampus yang tentu saja namanya sudah tidak asing untuk kebanyakan orang. Saat perkenalan organisasi kampus di masa orientasi, saya sangat bertekad untuk memasuki mapala tersebut. 

Sayangnya, niat tersebut beralih ke hal lain. Saat orientasi fakultas, saya diperkenalkan dengan mapala fakultas. Sebelum memperkenalkan diri, mereka berkumpul untuk melakukan yel-yel (pikir saya kala itu). Dengan slayer di pundak, membuat mereka terlihat begitu keren. Singkat cerita, saya pun lebih memilih untuk memasuki mapala fakultas daripada kampus. 

 

Tertolakđź’”


Bisa dibilang kehidupan cintaku tidak pernah berjalan dengan mulus. Selalu saja ada hal yang terjadi, entah itu orang yang kusukai menyukai orang lain, orang yang menyukaiku tapi saya tidak suka, hingga saat saling menyukai tapi entah mengapa saya yang kabur entah ke mana. 

Sebagai seorang gadis, saya tentu kerap kali membayangkan memiliki sosok yang benar-benar bisa mengisi hari-hariku sebagai support system. Terlebih jika baru saja menonton drama bertema romantis, duh selalu saja bayangan ingin mempunyai sosok yang spesial di kehidupan menari-nari di dalam kepala. Namun, juga mesti kuakui, bahwa saya bukan tipikal orang yang senang terikat dalam satu hubungan. Pernah sekali saya ingin mencoba sebuah hubungan mengikat, namun entah mengapa saya merasa bukan seperti diri sendiri. Pada akhirnya saya meng-ghosting doi (Maaf!).. yah ini semakin membuat saya yakin bahwa saya tidak senang dengan hubungan seperti itu. Entah mengapa saya menyukai fase ketika saya menyukai seseorang dan membuatnya menyukaiku juga. Namun, ketika doi sudah suka balik, saya siap siap untuk pergi. Duh!

Meski begitu, tidak jarang orang yang saya 'sukai' menolak saya mentah-mentah, bahkan sebelum mengungkapkan rasa. Sedih? Tentu. Tapi sekarang momen itu menjadi cerita kocak belaka. Saya akan bercerita sedikit...

Waktu itu, saya masih menjadi mahasiswa baru yang masih segar akan dunia kampus. Sebagai mahasiswa baru yang lugu (ea), saya tentu beberapa kali tertarik dengan para senior kampus. Salah satunya adalah asisten dosen yang kebetulan saat itu menggantikan dosen saya yang sedang berhalangan hadir. Wajah tidak begitu rupawan, tapi auranya sangat menarik. Ngerti ndak sii? wkwk... Beberapa kali kakak ini masuk, membawa aura misterius dan menarik disekelilingnya. Hingga akhirnya salah satu fakta terungkap. Ia mantan ketua komunitas yang saya ikuti. Senanglah saya :D

Mari berlibur sejenak!

Di postingan terakhir, saya sempat berharap bahwa akhir bulan maretku di isi oleh kenangan yang berarti. Dan ajaibnya hal itu terjadi! Tepat pada tanggal 29 Maret 2022, Ainun mengajak saya untuk menemaninya meneliti di sebuah pulang bernama Barrang Caddi. Waahh.. kekuatan harapan benar-benar menakjubkan.

Setelah meminta ijin dengan sanak famili, saya pun berangkat ke dermaga. Sebelumnya saya sudah menanyakan beberapa hal, seperti menginap di mana, dan apa yang akan dilakukan. Kami akan menginap di salah satu rumah teman KKN Ainun, dan akan pulang esok paginya pada tanggal 31 Maret 2022. Selain saya, ternyata Ainun juga mengajak Azhimi, teman sekelas SMA kami juga. Tidak ingin merasa canggung, ia pun mengajak saya, karena ia juga tidak begitu akrab dengan teman KKN-nya ini. Kupikir saya akan membantunya meneliti, seperti ikut menanyakan beberapa hal atau apapun itu yang berhubungan dengan meneliti. Tapi nyatanya saya hanya sebagai penghibur. Tapi tak apalah, pulau tunggu aakuuu!

 

30 Maret 2022

Kami janjian bertemu di depan dermaga. Saya yang pertama kali sampai memutuskan untuk singgah membeli sikat gigi (Lupa bawa karena terlalu bersemangat) dan membeli botol air (Jangan dicontoh! tidak ramah lingkungan). Dari luar indomaret, saya bisa melihat orang-orang yang berdesak-desakan, baru kali ini saya melihat indomaret sangat penuh seperti ini. Tapi saya tetap masuk. Setelah mengambil barang yang ingin kubeli, saya pun menuju kasir. Rupanya yang menjadi penyebab indomaret ini begitu penuh sesak yaitu mesin kasir yang tidak bekerja secara optimal atau lebih tepatnya error. Saya pun mengantri. Tidak lama kemudian, orang di sebelah saya mulai berbisik soal mau mengambil barisan di sebelah saya yang sebenarnya saya mau di situ tapi tidak ingin menghalangi pintu sehingga saya bergeser sedikit. Si laki-laki menyuruh si perempuan ini untuk menerobos, tapi si perempuan bilang kalau ia tidak bisa karena terhalangi oleh saya. Saya yang mendengar percakapan mereka tidak ingin mengalah sedikitpun, dan tetap bergeming di tempat. Sempat si perempuan seperti ingin menyelip, tapi seketika saja saya balik dan menatap tajam ke arahnya, membuatnya mengurungkan niatnya. hehe. Tapi karena merasa terlalu lama mengantri, sayapun mengembalikan barang dan keluar dari indomaret. 

Saya beralih ke toko kelontong sebelah yang lebih sepi, dan segera menuju dermaga karena Ainun dan Azhimi sudah ada di sana. Setelah bertemu kami pun menunggu teman KKN Ainun, mari sebut dia N. Akhirnya N datang dan bersama kami pun menuju ke perahu. Sembari menunggu penumpang lain, kami mulai bercakap. Mengajukan beberapa pertanyaan terkait destinasi yang akan kita tuju. 


Barrang Caddi merupakan kampung halaman N. Barrang Caddi berupa pulau kecil, dan penduduknya sedikit. Di samping pulau Barrang Caddi terdapat pulau bernama Barrang Lompo yang memiliki wilayah lebih besar dan penduduk lebih banyak. Dalam bahasa Makassar, caddi berarti kecil, dan lompo berarti besar. Di samping kapal kami terdapat kapal menuju Barrang Lompo, ukurannya lebih besar. Untuk mencapai Barrang Caddi, kami hanya membutuhkan waktu satu jam. Kupikir tidak terlalu lama, mengingat sewaktu SMA saya pernah ke Kodingareng yang membutuhkan waktu dua jam. Perahu-perahu ini hanya memiliki satu tujuan, dan tidak bisa singgah-singgah ke pulau yang akan dilewati (tentu saja, inikan bukan pete-pete). Sehingga, orang-orang yang berada di perahu ini merupakan penduduk di pulau Barrang Caddi. Tidak heran jika mereka asyik mengobrol satu sama lain dan saling mengenali. 

Di tengah-tengah keriuhan perahu ini, masuklah perempuan yang di indomaret tadi. Rupanya ia penduduk di pulau ini. Kami sempat menukar pandang. Muncullah perasaan bersalah saya karena terlalu galak dengannya tadi. 

Cukup lama kami menunggu, akhirnya mesin kapal pun mulai berderu. Suaranya yang berisik, dapat membungkam mulut orang-orang di kapal ini. Kecuali kami bertiga yang masih asyik bertukar cerita dan lelucon, alhasil membuat kami harus sedikit berteriak agar suara terdengar dengan jelas. Kapal pun mulai berangkat, meninggalkan dermaga. 

Tak terasa satu jam perjalanan kami lalui dengan berbagai cerita, hingga akhirnya pulau yang ditujupun terlihat. Perasaan antusias segera menghampiri. Indahnya biru laut membuat kami berdecak kagum. Sayangnya, tidak jarang terlihat sampah yang mengapung-apung di air, hingga di pesisir pantai. Setelah kapal bersandar di dermaga Barrang Caddi, kami segera turun dan disambut dengan pemandangan desa kecil yang berwarna-warni. Sungguh elok dipandang, terlebih tidak ada sampah yang menumpuk seperti pemadangan di kota. Kami berjalan menyusuri lorong, diiringi dengan tatapan penasaran oleh warga sekitar. Setelah sampai rumah N, kami pun beristirahat sejenak. Lelah juga menempuh perjalanan melalui air. 

Tidak lama kamiduduk-duduk, hawa panas pun mulai terasa. Saya tidak begitu terkejut, mengingat kami berada di pulau. Namun, hawa panas ini membuat keringat di badan kami berhamburan keluar. N lalu keluar membawa cemilan, bersama dengan teh. Sempat kusentuh teh tersebut, berharap dingin menyambut, akan tetapi teh itu panas. Kuurungkan niatku untuk meminumnya. 

Setelah berbincang-bincang, ternyata pulau ini memang sangat kecil. Kita bisa mengelilingi pulau dengan berjalan kaki. Selain itu, semua bahan makanan di pulau ini berasal dari Makassar yang diantar oleh kapal, listrik yang mengandalkan tenaga surya karena tidak ada tempat untuk PLT dan penduduk di sini terlalu sedikit, sehingga mereka harus mengandalkan energi matahari. Hal ini membuat penduduk di Barrang Caddi hanya bisa menggunakan listrik pada waktu tertentu, yakni dari pukul 18.00 - 23.00. Di luar dari jam itu, listrik secara otomatis akan mati. Dengan penjelasan ini, terjawablah sudah mengapa kami disediakan teh panas :)

Tidak begitu lama kami istrihat, kami pun shalat dan bersiap untuk menemani Ainun wawancara penduduk. Kami diarahkan ke kantor lurah(?) terlebih dahulu, kemudian di antar ke rumah warga yang bisa diwawancara. Setelah itu, kami kembali ke rumah dan beristirahat sekali lagi. Oh ya, meski listrik tidak bisa digunakan saat siang hari, ternyata masih ada minuman dingin yang dijual, beruntungnya kami disambut dengan jus alpukat saat mewawancarai salah satu warga. Terima kasih!

Kami berencana untuk ke tepi pantai pada sore hari. Setelah cukup beristirahat, shalat ashar, dan makan kami pun bersiap untuk pergi ke pantai. Saat sampai di pantai, rupanya banyak penduduk yang menghabiskan waktu sorenya di sana, dari anak-anak hingga orang dewasa. Rasanya ingin sekali untuk berlari ke air mengingat hawa panas masih menari-nari. Namun, kuurungkan niatku karena celana yang kubawa hanya satu. Kami menghabiskan waktu menikmati pemandangan, bertukar cerita dan lebih banyak foto, hehe..

 



Tak terasa adzan magrib dikumandangkan, kami segera pulang. Sesampainya di rumah, kami diberikan cemilan lagi. Kami bertukar cerita, hingga tidak terasa waktu semakin larut. Merasa badan lengket, kami pun memutuskan untuk mandi secara bergantian. Setelah kami siap tidur, tiba-tiba Ainun mengusulkan untuk makan popmie. Makanlah kami meskipun sudah sikat gigi. Setelah makan kami segera tidur (betapa tidak sehatnya).

 

31 Maret 2022

Keesokan harinya, kami bangun untuk shalat subuh dalam keadaan gelap dan hanya mengandalkan senter lampu hp. Setelah mempersiapkan diri untuk pulang, kami disuguhi sarapan yang cukup unik. Sarapannya yaitu roti dengan isi kaya tapi berwarna merah muda. Dari segi rasa sih enak saja, namun belum akrab di lidah. Ohya, ketika matahari cukup menyinari, saya pun menyadari bahwa wajahku menjadi bengkak dikarenakan makan mie semalam, begitu pula ainun. Kami cukup menyesali keputusan memakan mie di larut malam:) Ketika waktu menunjukkan pukul 07.00, kami pun segera pamit. Kata N, kapal berangkat pada pukul 07.00, tapi karena jarak rumah N dan dermaga begitu dekat kami sangat santai sekali. 

Roti isi kaya berwarna pink dan teh hangat!

Ainun dan Azhimi di lorong menuju dermaga :D

Dermagaaa

Setelah sempat berfoto, kamipun naik ke kapal dan mengucapkan salam perpisahan kepada N. Semakin lama, kapal diisi oleh penduduk yang ingin ke Makassar. Bahkan ada beberapa anak yang masih pakaian sekolah naik ke kapal karena ingin ikut ke Makassar. Kami sempat disuguhkan kejadian menarik, ketika anak tersebut naik ke atas kapal, keluarganya kembali ke rumah, lalu di saat-saat terakhir ia melemparkan baju biasa kepada si anak agar tidak usah menggunakan seragam. 

Di perjalanan pulang, kami juga menghabiskan waktu untuk cerita (tolong jangan dihujat kalau banyak sekali cerita ta hahaha). Tidak terasa kami pun segera melihat dermaga. Setelah sampai, kami pun segera memesan ojol masing-masing.

Sekian liburan singkat kami :D

Senin, 28 Maret 2022

Apa yang terjadi di bulan Maret?

Bulan ini sepertinya tidak ada hal menarik yang terjadi. Rutinitas pagi hingga malam hampir sama dari hari ke hari. Bangun, kemudian beribadah, bersantai sedikit sebelum memulai kerjaan pagi (membersihkan tentu saja), lalu bersantai lagi (maaf jika terlalu banyak bersantai), mengerjakan tugas jika ada (maksudnya jika sudah hampir deadline hehe), memasak, makan, kemudian bersantai (maaf), lalu tidur hingga pukul 3 sore. Setelah bangun, bersiap untuk pergi berkeliling kota (paling ke kampus), ketika di luar rumah, saya biasanya pulang pukul 9 malam jika tidak terlalu hanyut dalam obrolan, kalau ya, saya bisa sampai jam 11 malam. hehe

Benar-benar Maret yang hitam putih dan tidak berwarna. 

 

Tak jarang, rasa sepi menghampiri, sekedar mengingatkan bahwa diriku sedang membutuhkan sosok 'support system'  (istilah saat ini). Waahh terima kasih sepi, karena selalu mengingatkan :D 

Meski demikian, saat ini saya senang berada di rumah. Mungkin karena dua saudara saya yang merantau, kembali untuk beberapa pekan ke depan. Setidaknya, di rumah bukan hanya diriku, umi, abi (abi lebih sering di luar daerah) nenek dan kakak sulungku. Nyatanya, kehadiran keluarga yang lengkap dapat membuat rumah lebih hidup (dan pekerjaan rumah menjadi lebih ringan wkwk).  

Perasaanku selama bulan Maret benar-benar tidak memberi kesan. Tidak ada perasaan yang sangat membahagiakan, maupun yang membuat terpuruk. Hanya kesibukan menjadi asisten, pengurus BKM, dan kesibukan rumah tangga. Tidak ada hal yang mengecewakan memang, cuman saya banyak berharap sisa bulan ini bisa membuat perut seperti dihidupi kupu-kupu. 

 

Oh ya, menyangkut kupu-kupu di perut, beberapa kali terjadi di bulan ini. Seperti kenyataan bahwa saya bisa melihat status WA seseorang, setelah banyak kali berpikir tidak mungkin kami saling menyimpan nomor. Kemudian, beberapa kali bertemu di kampus yang bisa membuat mood lebih baik, tergesa-gesa cari jaringan perkara statusnya yang bilang lagi menemani doi potong rambut, setelah ditelaah lebih jauh sosok tersebut adalah teman cowoku juga :D, hingga interaksi-interaksi kecil yang membuat perut tergelitik. yaa.. terima kasih!

Meskipun alasan melirik sosoknya yaitu mengobati luka hati dari orang lain, kehadiran dirinya dapat membuatku cepat pulih. Cara yang cepat dan tepat memang, melupakan orang lain adalah mengenal orang baru. Maaf karena hal ini, dan terima kasih sekali lagi! 

 

 

 

p.s mungkin salah satu bulan Maret ini bisa berwarna adalah berinteraksi denganmu hehe, tengs dah hidup.

 


Senin, 28 Februari 2022

Doppelganger



Pagi ini akan dibuka dengan janji saya di postingan sebelumnya..

Soal mimpi buruk yang sekali lagi menghampiri malamku...

 

Setelah menonton film Perempuan Tanah Jahannam, saya cukup gelisah. Takut dan yakin akan mengalami tidur yang tidak nyenyak. Mengapa? Karena saya terlalu menghayati film itu. Saya kemudian bertanya-tanya mimpi yang mana akan menghampiri malam ini. Sempat ingin mengalihkan pikiran dengan menonton anime yang lebih ceria, namun adegan film Perempuan Tanah Jahannam terlalu menghantui. Maka pasrahlah saya. Tidak mungkin juga saya tidak tidur, karena hal sepele semacam ini. Lagian saya juga sudah sangat mengantuk.

Apa yang saya takutkan terjadi...

 

Seni dalam Memenggal


[ DISCLAIMER!!! ]

[ TULISAN INI BERISI SPOILER ]

 

Selamat malam...

Saya ingin menceritakan pandangan saya mengenai salah satu film Indonesia dengan bergenre horror, meskipun sebenarnya lebih ke thriller sii..

Oke.. Film ini merupakan satu-satunya film Indonesia yang bisa membuat bulu kudukku menari-nari hingga bermimpi buruk. Bukannya tidak mengapresiasi film buatan dari negeri sendiri, namun terkadang saya masih kurang srek dengan film Indonesia, terutama film Indonesia bergenre horror dan romansa. Mengapa? Yah tidak jauh-jauh dari pengalaman nonton saya yang kurang menyenangkan ketika kecil. Dahulu, film horror Indonesia selalu memasukkan unsur-unsur pornografi ringan, seperti pakaian yang dikenakan oleh pemeran perempuannya terlalu terbuka, hingga candaan-candaan yang mengandung seksual sering kali saya dapatkan di dunia perfilaman horror Indonesia. Unsur-unsur tersebut membuat saya yang ingin fokus dengan jalan cerita, malah menjadi tidak nyaman. Selain itu, sosok hantu yang kerap kali digambarkan sangat menjijikkan, membuat saya merasa mual. Hal tersebut membuat saya lebih memilih film horror dari negeri barat yang bisa menghasilkan film tanpa unsur pornografi maupun memiliki hantu dengan tampang yang tidak begitu hancur. 

Mungkin film Indonesia yang saya nonton bisa dihitung jari...

Akan tetapi, baru saja saya menonton satu film yang dirilis pada tahun 2019. Film ini cukup membuat saya berdebar dari awal hingga akhir film. Bukannya ingin membanggakan diri atau semacamnya, tetapi saya cukup percaya diri jika menonton film horror, saking sukanya dan sudah terlalu banyak film horror yang saya nonton. 

Sabtu, 26 Februari 2022

Mimpi Bukan?


Hai! 

Sekarang sudah pukul 12.00 am, dan sebelum tidur saya mau cerita sedikit tentang mimpi beberapa minggu lalu. 

Jadi sekitar awal bulan sampai pertengahan bulan Februari, saya sangat banyak menerima informasi mengenai hal-hal yang berbau horror. Yah, mungkin karena saya memang sangat tertarik dengan tema itu, saya seolah ketagihan untuk terus mengais cerita-cerita horror. Tidak jarang saya menceritakan sendiri kisah horror yang saya alami, ada juga yang saya baca di twitter, bahkan cerita dari teman sepermainan saya lahap begitu beringasnya. Hingga sampai di titik saya merasa harus berhenti sejenak dalam mengonsumsi topik horror. 

Malam itu, merupakan malam kesekian kalinya saya mendengar podcast horror yang tempo hari saya buat saat pergi camping ceria. Bukan karena ingin mendengar ceritanya kembali, melainkan saya ingin membuat subtitle di video youtube agar orang-orang bisa lebih mudah menyimak podcast yang telah saya buat. Karena badan yang sudah jompo ini menuntut untuk beristirahat, maka beristirahatlah saya. Ketika melihat waktu ternyata masih pukul sebelasan, saya mencoba membuka twitter dan mencari bacaan untuk tidur. Setelah menemukan bacaan yang menarik (Tentunya berbau horror💀💀), saya mulai membaca hingga ketiduran. 

Malam itu saya bermimpi cukup aneh...

Sabtu, 19 Februari 2022

Apa yang Terjadi di Satu Bulan Terakhir?


Apa yang terjadi di satu bulan terakhir ini benar-benar beragam. Rasanya seperti naik roller coster. Kesibukan yang saya lakukan benar-benar membuat rumah hanya sebagai tempat untuk tidur.

Baik, saya akan mencoba mengingat kembali apa yang sebanarnya terjadi di satu bulan terakhir ini.

Mari saya mulai dari kegiatan Slayer Merah Bersama (SMB). Jadi perlu saya jelaskan sedikit, di M (Nama organisasi saya) krisis akan slayer merah, sehingga kami dari pengurus memutuskan untuk membuat tim agar dapat memperbanyak SDM slayer merah sekaligus memperbaiki sistem pengambilan nomor. Saya pun dipercayakan untuk turut andil dalam tim ini, mungkin dikarenakan saya merupakan slayer merah yang paling muda dan satu-satunya di angkatanku. Awalnya saya tidak mengira bahwa menjadi bagian dari perumus SMB, akan begitu berat seperti ini. Banyak sekali yang mesti dipersiapkan. Beberapa kali saya dan anggota tim lain berdiskusi, berdiskusi, dan berdiskusi. Hingga akhirnya, kami menemukan titik terang. Koloni yang masih slayer ungu akan mengikuti SMB dengan dua cara, satu membuat essai dan satunya lagi melakukan ekspedisi. Untuk essai sebenarnya tidak begitu ruyam, yang bikin kepala saya pusing tujuh keliling tentu saja tim yang akan melakukan ekspedisi. Bagaimana tidak, sehari sebelum keberangkatan berbagai permasalahan muncul satu persatu.

Selasa, 18 Januari 2022

Liburan Berkedok Study Tour :D

 

Kelas 2 SMA memang menyenangkan, apalagi ketika menyangkut liburan berkedok study tour :D di sekolahku dulu setiap kelas 2, kami akan ditawarkan untuk pergi study tour ke salah satu wilayah di Sulawesi Selatan yang kaya akan budaya. Pergi ke daerah lain bersama teman pasti menyenangkan, apalagi rombongan. Selalu ada kisah-kisah menarik yang dapat dikenang seiring berjalannya waktu.

Tahun 2017, saya dan sebagian besar teman kelas mengikuti study tour di Toraja. Kami sangat bersemangat semenjak hari pertama keberangkatan. Di dalam bus kami melakukan banyak aktivitas yang beragam. Bernyanyi tentu saja sudah menjadi hal wajib, mengolok-olok satu sama lain, dan berbagai macam yang sulit dideskripsikan satu-satu. Rasanya 12 jam perjalanan menjadi sangat singkat.

Kami yang berangkat pagi, baru tiba di penginapan sekitar tengah malam. Saat itu Desember, sehingga nuansa natal begitu terasa di Toraja. Ketika sampai di penginapan, Guru sejarah yang menjadi koordinator study tour kala itu telah membagi-bagi kamar sesuai nomor urut absen. Saya yang mempunyai huruf awal S harus menerima kenyataan bahwa akan tidur di kamar kelas lain. Awalnya saya mencoba menerima kenyataan, namun dikarenakan kegiatan ini semi liburan dan sangat disayangkan apabila kita tidak menghabiskan waktu dengan teman-teman sepergaulan. Sehingga saya dan teman saya yang menjadi korban absen terakhir, memilih untuk minggat ke kamar lain yang berisi teman-teman sekelas.

Senin, 17 Januari 2022

Tempel, tempel kok di badan?


Tahun 2017 merupakan tahun di mana saya duduk di bangku SMA, tepatnya kelas 2 SMA. Terdapat beberapa peristiwa yang mencekam dan semi horror terjadi kala itu. Peristiwa ini terjadi setelah pelajaran olahraga dan kami berganti baju di kamar mandi. Setelah keluar dari kamar mandi, salah satu teman saya (Mari kita panggil sebagai SS) mengatakan bahwa ia tidak enak badan. Sesampainya di kelas, SS hanya diam dan beberapa kali menangis. Kami sempat menanyakan keadaannya dan menyuruhnya untuk ijin pulang, akan tetapi SS membalas perhatian kami dengan marah-marah. Heran dengan sikap SS yang tidak seperti biasanya, kami pun menerka-nerka apa yang terjadi kepada SS. Hingga akhirnya muncul spekulasi bahwa SS sedang ditempeli oleh sesuatu dari dimensi lain. Takut tentu saja menghampiri kami yang kala itu ingin menolong SS. Beberapa kali SS menangis dan berlirih kecil, meminta tolong. Hingga akhirnya sampai jam istirahat shalat dzuhur. Kami mengajak SS untuk shalat dengan harapan SS akan kembali normal. Meski sempat beberapa kali dibujuk, akhirnya SS pun mengikuti kami ke lapangan (Kita dulu shalat di lapangan karena mushollah sedang direnovasi). Di perjalanan menuju lapangan, saya dan Ainun berjalan di belakang SS. Ainun sempat berkata, “Kalau bukan SS ini toh, bakal nda balek ki  kalau dipanggil ataupun marah ki”, karena penasaran akhirnya saya mencoba memanggil SS. Tiga kali saya panggil tapi SS tidak menyahut ataupun balik, saya pun menepuk pundaknya sambil memanggil namanya, dan kemudian SS berkata, “Apa deh?!” dengan nada marah. Saya dan Ainun sontak bertukar pandang.

Minggu, 16 Januari 2022

Bonjour! Silahkan Masuk~

Hai penggemar, sudah lama sekali saya tidak meninggalkan jejak digital di blog ini. Terakhir saya bercerita mengenai pengalaman SBMPTN tahun 2018, dan sekarang sudah 2022, wah…

(Mari merenung sejenak betapa waktu sangat cepat berlalu)

Tahun 2018 saya merupakan mahasiswa baru yang sangat comel nan polos, tau-tau sudah jadi mahasiswa yang selalu dihadapkan pada pertanyaan “Kapan lulus?”. Ya, saya belum lulus. Tolong, jangan bertanya kenapa, nanti saya ceritakan keluh kesah menjadi mahasiswa yang mempelajari jiwa dan perilaku manusia.

Oke, kita melangkah pada pertanyaan : kenapa saya menulis kembali pada blog ini? Jawabannya adalah, karena saya tidak sengaja membaca ulang tulisan tangan saya yang sangat picisan ini saat duduk di bangku SMP. Menyenangkan rasanya mengingat kembali masa-masa muda dan jaya kala itu. Lalu saya sadar bahwa ketika menjadi siswa SMA, saya tidak menceritakan apapun di blog ini, sangat disayangkan bukan?! Nah, maka dari itu, saya tidak akan menyianyiakan kecanggihan teknologi saat ini untuk menampung serpihan-serpihan kisah hidup sebagai mahasiswa.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...