Di postingan terakhir,
saya sempat berharap bahwa akhir bulan maretku di isi oleh kenangan yang
berarti. Dan ajaibnya hal itu terjadi! Tepat pada tanggal 29 Maret 2022, Ainun
mengajak saya untuk menemaninya meneliti di sebuah pulang bernama Barrang
Caddi. Waahh.. kekuatan harapan benar-benar menakjubkan.
Setelah meminta ijin
dengan sanak famili, saya pun berangkat ke dermaga. Sebelumnya saya sudah
menanyakan beberapa hal, seperti menginap di mana, dan apa yang akan dilakukan.
Kami akan menginap di salah satu rumah teman KKN Ainun, dan akan pulang esok
paginya pada tanggal 31 Maret 2022. Selain saya, ternyata Ainun juga mengajak
Azhimi, teman sekelas SMA kami juga. Tidak ingin merasa canggung, ia pun
mengajak saya, karena ia juga tidak begitu akrab dengan teman KKN-nya ini.
Kupikir saya akan membantunya meneliti, seperti ikut menanyakan beberapa hal
atau apapun itu yang berhubungan dengan meneliti. Tapi nyatanya saya hanya
sebagai penghibur. Tapi tak apalah, pulau tunggu aakuuu!
30 Maret 2022
Kami janjian bertemu di
depan dermaga. Saya yang pertama kali sampai memutuskan untuk singgah membeli
sikat gigi (Lupa bawa karena terlalu bersemangat) dan membeli botol air (Jangan
dicontoh! tidak ramah lingkungan). Dari luar indomaret, saya bisa melihat
orang-orang yang berdesak-desakan, baru kali ini saya melihat indomaret sangat
penuh seperti ini. Tapi saya tetap masuk. Setelah mengambil barang yang ingin
kubeli, saya pun menuju kasir. Rupanya yang menjadi penyebab indomaret ini
begitu penuh sesak yaitu mesin kasir yang tidak bekerja secara optimal atau
lebih tepatnya error. Saya pun mengantri. Tidak lama kemudian, orang di sebelah
saya mulai berbisik soal mau mengambil barisan di sebelah saya yang sebenarnya
saya mau di situ tapi tidak ingin menghalangi pintu sehingga saya bergeser
sedikit. Si laki-laki menyuruh si perempuan ini untuk menerobos, tapi si
perempuan bilang kalau ia tidak bisa karena terhalangi oleh saya. Saya yang
mendengar percakapan mereka tidak ingin mengalah sedikitpun, dan tetap
bergeming di tempat. Sempat si perempuan seperti ingin menyelip, tapi seketika
saja saya balik dan menatap tajam ke arahnya, membuatnya mengurungkan niatnya.
hehe. Tapi karena merasa terlalu lama mengantri, sayapun mengembalikan barang
dan keluar dari indomaret.
Saya beralih ke toko
kelontong sebelah yang lebih sepi, dan segera menuju dermaga karena Ainun dan
Azhimi sudah ada di sana. Setelah bertemu kami pun menunggu teman KKN Ainun,
mari sebut dia N. Akhirnya N datang dan bersama kami pun menuju ke perahu.
Sembari menunggu penumpang lain, kami mulai bercakap. Mengajukan beberapa
pertanyaan terkait destinasi yang akan kita tuju.
Barrang Caddi merupakan
kampung halaman N. Barrang Caddi berupa pulau kecil, dan penduduknya sedikit.
Di samping pulau Barrang Caddi terdapat pulau bernama Barrang Lompo yang
memiliki wilayah lebih besar dan penduduk lebih banyak. Dalam bahasa
Makassar, caddi berarti kecil, dan lompo berarti
besar. Di samping kapal kami terdapat kapal menuju Barrang Lompo, ukurannya
lebih besar. Untuk mencapai Barrang Caddi, kami hanya membutuhkan waktu satu
jam. Kupikir tidak terlalu lama, mengingat sewaktu SMA saya pernah ke
Kodingareng yang membutuhkan waktu dua jam. Perahu-perahu ini hanya memiliki
satu tujuan, dan tidak bisa singgah-singgah ke pulau yang akan dilewati (tentu
saja, inikan bukan pete-pete). Sehingga, orang-orang yang berada di perahu ini
merupakan penduduk di pulau Barrang Caddi. Tidak heran jika mereka asyik
mengobrol satu sama lain dan saling mengenali.
Di tengah-tengah keriuhan
perahu ini, masuklah perempuan yang di indomaret tadi. Rupanya ia penduduk di
pulau ini. Kami sempat menukar pandang. Muncullah perasaan bersalah saya karena
terlalu galak dengannya tadi.
Cukup lama kami menunggu,
akhirnya mesin kapal pun mulai berderu. Suaranya yang berisik, dapat membungkam
mulut orang-orang di kapal ini. Kecuali kami bertiga yang masih asyik bertukar
cerita dan lelucon, alhasil membuat kami harus sedikit berteriak agar suara
terdengar dengan jelas. Kapal pun mulai berangkat, meninggalkan dermaga.
Tak terasa satu jam
perjalanan kami lalui dengan berbagai cerita, hingga akhirnya pulau yang
ditujupun terlihat. Perasaan antusias segera menghampiri. Indahnya biru laut
membuat kami berdecak kagum. Sayangnya, tidak jarang terlihat sampah yang
mengapung-apung di air, hingga di pesisir pantai. Setelah kapal bersandar di
dermaga Barrang Caddi, kami segera turun dan disambut dengan pemandangan desa
kecil yang berwarna-warni. Sungguh elok dipandang, terlebih tidak ada sampah
yang menumpuk seperti pemadangan di kota. Kami berjalan menyusuri lorong,
diiringi dengan tatapan penasaran oleh warga sekitar. Setelah sampai rumah N,
kami pun beristirahat sejenak. Lelah juga menempuh perjalanan melalui air.
Tidak lama
kamiduduk-duduk, hawa panas pun mulai terasa. Saya tidak begitu terkejut,
mengingat kami berada di pulau. Namun, hawa panas ini membuat keringat di badan
kami berhamburan keluar. N lalu keluar membawa cemilan, bersama dengan teh.
Sempat kusentuh teh tersebut, berharap dingin menyambut, akan tetapi teh itu
panas. Kuurungkan niatku untuk meminumnya.
Setelah
berbincang-bincang, ternyata pulau ini memang sangat kecil. Kita bisa
mengelilingi pulau dengan berjalan kaki. Selain itu, semua bahan makanan di
pulau ini berasal dari Makassar yang diantar oleh kapal, listrik yang
mengandalkan tenaga surya karena tidak ada tempat untuk PLT dan penduduk di
sini terlalu sedikit, sehingga mereka harus mengandalkan energi matahari. Hal
ini membuat penduduk di Barrang Caddi hanya bisa menggunakan listrik pada waktu
tertentu, yakni dari pukul 18.00 - 23.00. Di luar dari jam itu, listrik secara
otomatis akan mati. Dengan penjelasan ini, terjawablah sudah mengapa kami
disediakan teh panas :)
Tidak begitu lama kami istrihat,
kami pun shalat dan bersiap untuk menemani Ainun wawancara penduduk. Kami
diarahkan ke kantor lurah(?) terlebih dahulu, kemudian di antar ke rumah warga
yang bisa diwawancara. Setelah itu, kami kembali ke rumah dan beristirahat
sekali lagi. Oh ya, meski listrik tidak bisa digunakan saat siang hari,
ternyata masih ada minuman dingin yang dijual, beruntungnya kami disambut
dengan jus alpukat saat mewawancarai salah satu warga. Terima kasih!
Kami berencana untuk ke
tepi pantai pada sore hari. Setelah cukup beristirahat, shalat ashar, dan makan
kami pun bersiap untuk pergi ke pantai. Saat sampai di pantai, rupanya banyak
penduduk yang menghabiskan waktu sorenya di sana, dari anak-anak hingga orang
dewasa. Rasanya ingin sekali untuk berlari ke air mengingat hawa panas masih
menari-nari. Namun, kuurungkan niatku karena celana yang kubawa hanya satu.
Kami menghabiskan waktu menikmati pemandangan, bertukar cerita dan lebih banyak
foto, hehe..
Tak terasa adzan magrib
dikumandangkan, kami segera pulang. Sesampainya di rumah, kami diberikan
cemilan lagi. Kami bertukar cerita, hingga tidak terasa waktu semakin larut.
Merasa badan lengket, kami pun memutuskan untuk mandi secara bergantian.
Setelah kami siap tidur, tiba-tiba Ainun mengusulkan untuk makan popmie.
Makanlah kami meskipun sudah sikat gigi. Setelah makan kami segera tidur
(betapa tidak sehatnya).
31 Maret 2022
Keesokan
harinya, kami bangun untuk shalat subuh dalam keadaan gelap dan hanya
mengandalkan senter lampu hp. Setelah mempersiapkan diri untuk pulang, kami
disuguhi sarapan yang cukup unik. Sarapannya yaitu roti dengan isi kaya tapi
berwarna merah muda. Dari segi rasa sih enak saja, namun belum akrab di lidah.
Ohya, ketika matahari cukup menyinari, saya pun menyadari bahwa wajahku menjadi
bengkak dikarenakan makan mie semalam, begitu pula ainun. Kami cukup menyesali
keputusan memakan mie di larut malam:) Ketika waktu menunjukkan pukul 07.00,
kami pun segera pamit. Kata N, kapal berangkat pada pukul 07.00, tapi karena
jarak rumah N dan dermaga begitu dekat kami sangat santai sekali.
![]() |
Roti isi kaya berwarna pink dan teh hangat! |
![]() |
Ainun dan Azhimi di lorong menuju dermaga :D |
![]() |
Dermagaaa |
Setelah sempat berfoto, kamipun naik ke kapal dan mengucapkan salam perpisahan kepada N. Semakin lama, kapal diisi oleh penduduk yang ingin ke Makassar. Bahkan ada beberapa anak yang masih pakaian sekolah naik ke kapal karena ingin ikut ke Makassar. Kami sempat disuguhkan kejadian menarik, ketika anak tersebut naik ke atas kapal, keluarganya kembali ke rumah, lalu di saat-saat terakhir ia melemparkan baju biasa kepada si anak agar tidak usah menggunakan seragam.
Di
perjalanan pulang, kami juga menghabiskan waktu untuk cerita (tolong jangan
dihujat kalau banyak sekali cerita ta hahaha). Tidak terasa kami pun segera
melihat dermaga. Setelah sampai, kami pun segera memesan ojol masing-masing.
Sekian liburan singkat kami :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar