Tampilkan postingan dengan label cerita lepas. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label cerita lepas. Tampilkan semua postingan

Kamis, 02 Juni 2022

Jalan Setapak

Hari ini suasana hatiku serasa terombang-ambing.

Entah karena berbagai tekanan dan tanggung jawab yang mesti diselesaikan dalam kurun waktu dekat, atau hal abstrak lainnya. Berat rasanya seperti ini. Beberapa kali saya mencoba mengingat alasan, mengapa begitu banyak tanggung jawab yang kupikul dengan sukarela? 

Pagi yang sedikit tidak bersemangat, sepertinya awal mula dari hari yang kelabu. Hingga pergantian hari, saya masih sibuk mencari kebahagiaan kecil. Sekedar sebagai penghibur semata. Sayangnya, kebahagiaan dan kesedihan kecilku bersumber pada satu objek yang sama. Jikalau ingin mencari kebahagiaan sederhana itu, harus dibayar pula dengan kesedihan. Sudikah diriku? 

Ha... sangat bimbang.  

Satu hal yang saat ini terus menari di kepalaku adalah apakah keputusan tempo hari yang kuambil dengan gagah berani, justru menimbulkan naas bagiku sendiri? Ingin rasanya mengetahui apa yang kau pikirkan tentang diriku. Sudah lama kutak frustasi memikirkan jalan pikiran orang lain. Setiap langkah yang ketempuh menuju dirimu, serasa semakin berat. Takut akan kehadiranku membuat harimu kelabu. 

Ingin rasanya membagikan kegundahanku hari ini. Namun, diriku serasa bertaruh. Apakah akan mendapatkan rasa senang, ataukah hanya menumpuk kesedihan.

Bertaruh.

Sekarang saya sedang bertaruh. Bagai melawan langit abu-abu. Jikalau gagal akan menimbulkan badai. Jikalau berhasil akan menimbulkan pelangi. Ah.. kuharap pelangi yang akan muncul. Begitupula denganmu. Biarkan pelangi mengiringi jalanmu. Kalau bisa, setapak yang kau lalui itu mengarah pondokku. Akan kususun batu sebagai petunjuk agar kau tak tersesat. Kemudian, akan kusambut kau di depan pintu dengan senyum terbaik. Mari berdiam diri di dalam pondok sejenak. Sekedar bertukar cerita dan perasaan. Jika nyaman, kau bisa tinggal. Akan kusediakan ruang untukmu. 

Namun... jika hendak pergi, tolong bawa payung ini. Meski kuharap, kau tak bertemu dengan badai. Jika kelak kau bertemu dengan sang badai, kembalilah ke pondokku. Akan kusediakan selimut dan cokelat panas yang dapat membuat kelabu pergi. Konon, kelabu tidak suka pada kehangatan. Sebab dia pun sedang mencarinya, namun tak kunjung bertemu.  


Rabu, 03 Desember 2014

Damnit ILove him





PART 3


        Sudah berapa minggu kami menjalankan sistem SAPA, NGOBROL, PULANG BARENG. Sialnya, aku yang rumahnya dekat rumah Ryan harus bersamanya tanpa ada bahan obrolan. Bahkan sangat canggung, setidaknya kalau ada Ririn aku bakal bisa ngobrol dengannya. Ririn sepertinya cemburu melihat aku yang sedikit lebih lama bersama Ryan. Ya ampuun, bicara saja kami jarang.

“Jadi aku memutuskan begini… May, bisa nggak kalau kamu gak pulang bareng sama kita?” kata Ririn. Apa? Apa maksudnya aku diusir?
“Kamu mau CUMA berdua bersama Ryan di angkot?” kataku tanpa basa-basi.
“Nggg… iya, tapi kalau kamu gak mau juga gak papa kok…” katanya lagi.
“Yaa masalahnya Cuma satu. Diantara teman sekelas kita yang aku kenal, tidak ada yang naik angkot sama dengan ku, dan itu Cuma kamu” kataku. Lagi-lagi Rifky tiba-tiba ikut bergabung.
“Kamu bisa pulang sendiri…” kata Ririn. Jujur, aku mulai muak dengan Ryan dan Ririn. Kenapa sih mereka gak langsung pacaran aja? Meski dalam hati aku melarangnya.
“Terserah.” Kataku, entah mengapa aku malas membicarakan ini semua.
“May… sorii, maksudku…” kata Ririn sambil menarik tanganku ketika aku hendak pergi meninggalkan mereka. “Kamu boleh kok pulang bareng kami…” kata Ririn yang sangat jelas diwajahnya ada raut keberatan.
“Pulang sama aku aja” kata Rifky tiba-tiba. HEH? Kami berdua terdiam.
“Emang rumah kamu dimana?” tanya RIrin. “Sejalan kok… tapi aku naik motor, jadi pulangnya aku boncengi” katanya. Tiba-tiba saja mata Ririn berbinar-binar. Bila di gambarkan seperti anime situasi ini, akan terlihat mata Ririn yang berbinar-binar kemudian seluruh tubuh Rifky bercahaya. Aku hanya bisa terkikik didalam hati membayangkan hal itu. Tapi sejujurnya saja, aku tidak pernah dibonceng sama cowok selain keluargaku. Jadi aku yakin ini akan benar-benar CANGGUNG.

Damnit ILove Him



PART 2

“Hai, May… udah ngerjain PR ini belum?” tanya Ririn saat aku sampai di kelas. Dia memang selalu datang lebih pagi dari ku.
“Iya udah, tadi kukerjakan sama Ry-” kataku langsung terputus. Ugh! Mulut ini memang suka semaunya sendiri aja.
“Sama siapa?” tanya Ririn.
“Sama… sama, sama Ryfky!” kataku saat mencari-cari alasan. Dan bodohnya, jawaban yang kuberikan itu salah besar, bahkan aku lupa kalau aku sedang musuhan dengannya.
“Benarkah? Ciieee… udah baikan nih” goda RIrin, dia pasti langsung mau tanya-tanya sama Rifky. Buktinya dia langsung pergi menghampiri Rifky yang baru saja masuk kelas. Gawat!
Dari jauh aku memberinya kode. BILANG AJA IYA, NANTI AKU JELASIN… KALO NGGAK dia melihat kodeku, aku melanjutkannya dengan meletakkan tangan ke leher dan berpura-pura mengirisnya, maksudku  supaya kalau dia bilang tak mengerti, itu artinya dia bakal sengsara.
“Katanya kalian kerja PRbareng, gimana caranya?” tanya Ririn. Suaranya masih sampai ketelingaku yang super tajam ini. Rifky melirikku, dan menyeringai. Tunggu, apa maksud senyumnya itu? Firasat buruk, jauh-jauh dariku sana!!
“PR apa?” kata Rifky yang suaranya SENGAJA di besar-besarkan. Aku memang benci sama cowok ini.
“Yang ini loh…” kata Ririn lagi sambil menunjukkan bukuku.
“Aku kok gak ingat yah?” kata Rifky lagi, dan masih dengan suara yang sangat sengaja di besar-besarkan. Tanpa berpikir panjang lagi, aku segera tancap gas kearah mereka berdua.

Selasa, 02 Desember 2014

Damnit ILove him



PART 1


“Gimana? Lancar?” Tanyaku.
“Haaa~ gagal total deh kayaknya..”
“Kok gitu?”
“Gimana gak gagal kalau Ryan dikerumuni cewek mulu, bicara aja aku gak bisa” katanya. Kami sedang membicarakan soal PDKT Ririn sama Ryan, yang menurutku sekali lagi gagal total. Kami memilih untuk ngerumpi di taman sekolah, aku suka taman ini. pohonnya sangat banyak jadi sejuk dan ada juga meja kecil yang terbuat dari semen lalu di lapisi tehel berbentuk lingkaran, serta atap bundar untuk melindungi dari cahaya matahari, dan kursi dari semen yang di bentuk seperti kayu setelah dipotong untuk kami duduki. Terdapat sekitar 4 meja seperti ini di taman, dan 1 lagi meja panjang untuk banyak orang.
“Jadi gimana? Mau nyerah?” tanyaku lagi.
“Nyerah? Kata macam apa itu?! Aku gak tau kalau di dunia ini ada kata menyerah” katanya dengan khasnya bila aku bertanya seperti ini.

Minggu, 30 November 2014

Can't Hear YL #part 2


Dan disini lah gue. Berada di dalam BK, dan didepanku ada guru BK yang lumayan SANGAR, yaitu bu Ikah. Gue tahu gue salah telah bebasin mereka dari hukuman, tapi bukan berarti gue harus dihukum sedangkan mereka enak-enakan pacaran berdua.
“blablablablaa… jadi kamu ngerti kan? Ibu sudah beri tahu kamu sebelumnya, bahwa bila Ibu memeriksa kembali lalu masih ada siswa yang masih tinggal, kamu yang akan ibu hukum. Apalagi kalau orang pacaran, sekolah memulangkan cepat kalian karena aka nada demo besar-besaran, bahkan eskulpun tidak dilaksanakan. Dan yang lebih parahnya lagi, kamu telah membohongi Ibu. Jadi… hukuman apa yang pantas buat kamu?” tanyanya dengan nada menekan. Yang gue mau ini semua akan berakhir dengan cepat. Gue bosan duduk disini.

Selasa, 18 November 2014

Can't Hear YL. #part 1

Gue Melo. Cewek golongan darah O dan berzodiak sagitarius. Banyak yang bilang klo gue gak pernah galau tentang cowok. Dan banyak juga yang mengatakan klo gue sifatnya kayak anak-anak, jail dan moodmaker. Gue gak tau kenapa.
Tapi gue juga gak pernah mengelak pendapat teman gue tentang diri gue sendiri. Meski mereka semua memandangku selalu tertawa bersama mereka, tersenyum dan berbagai hal, sebetulnya mereka tidak mengenal gue. Mereka gak tau tentang satu hal. Dan gue belum bisa mastiin tentang hal itu.
Gue suka sama ketua kelas.

Sabtu, 31 Mei 2014

Dapatkah Kupercaya Keberadaan-Mu?




Kamis, 20 November 2013
Aku berjalan pulang dari sekolah, sangat melelahkan. Dulu, bila aku telah pulang dari sekolah, aku biasanya dijemput oleh Ayahku. Tapi sekarang dia tak bisa lagi mengantar jemputku. Karena tempatnya bekerja baru-baru ini bangkrut, dia terpaksa menjual motornya. Dan sekarang aku harus membiasakan diri untuk pergi dan pulang dengan berjalan kaki. Sulit memang, karena jarak sekolahku dan rumah cukup jauh, sekitar 2 kilo meter.  Tapi sekarang aku mulai terbiasa dengan kehidupanku yang sangat sederhana ini.

Kamis, 29 Mei 2014

Balada Sepatu Tua






Pernahkah terpikir olehmu bagaimana nasib sepasang sepatu?
Jika tidak, kau kusarankan mendengar ceritaku...



Aku memandangi diriku yang sudah usang. Walaupun aku sudah dibersihkannya setiap bulan. Namun, seiring berjalannya waktu, tubuhku mulai rapuh. Jahitan yang ada di badanku sudah ada di mana- mana. Mungkin aku sudah tak lama lagi di sini. Aku melewati jalan yang sama setiap saat, bersamanya. Aku juga telah membawanya kemana pun yang dia inginkan. Sering kali, saat libur panjang aku di biarkan begitu saja.  Aku juga telah mendengar banyak cerita darinya.
Dulu, sewaktu aku yang dipilihnya untuk menemani perjalanannya, hatiku terus saja berbangga diri. Dan, pada saat aku pertama kali dipakai, aku memandang diriku lekat-lekat. Kilauan di mana-mana
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...