“Gimana? Lancar?” Tanyaku.
“Haaa~ gagal total deh kayaknya..”
“Kok gitu?”
“Gimana gak gagal kalau Ryan
dikerumuni cewek mulu, bicara aja aku gak bisa” katanya. Kami sedang
membicarakan soal PDKT Ririn sama Ryan, yang menurutku sekali lagi gagal total.
Kami memilih untuk ngerumpi di taman sekolah, aku suka taman ini. pohonnya
sangat banyak jadi sejuk dan ada juga meja kecil yang terbuat dari semen lalu
di lapisi tehel berbentuk lingkaran, serta atap bundar untuk melindungi dari
cahaya matahari, dan kursi dari semen yang di bentuk seperti kayu setelah
dipotong untuk kami duduki. Terdapat sekitar 4 meja seperti ini di taman, dan 1
lagi meja panjang untuk banyak orang.
“Jadi gimana? Mau nyerah?” tanyaku
lagi.
“Nyerah? Kata macam apa itu?! Aku gak
tau kalau di dunia ini ada kata menyerah” katanya dengan khasnya bila aku
bertanya seperti ini.
“Oke, oke, kalau gitu harus berjuang
dong!” aku menyemangatinya dengan penuh semangat. “Yoooo!”
Ririn Prilia Lestari Gunawan. Dia
adalah sahabatku sejak kelas 1 SMP. Kami selalu bersama, mulai dari tempat
duduk, bawa bekal (supaya bisa hemat) dan mempunyai sifat yang hampir sama,
bahkan ada yang bilang kami kembar!
Rambut Ririn panjang sepunggung dan
jenis rambut jatuh, aku suka rambutnya. Rambutnya juga hitam kecoklatan, dia
selalu mengepang poninya yang panjang lalu di jepit ke samping. Wajahnya manis,
dan putih bersih, tinggi pula. Dan yang paling kusukai adalah, dia mancung.
Pokoknya idaman cowok deh!
Sifatnya sangat dewasa, tapi menjadi kekanakan bila bersamaku. Dia juga
baik dan jangan heran bila pertama bertemu kalian akan merasa bahwa Ririn
sangat sombong. Tidak, tidak, dia sama sekali tidak mempunyai sifat seperti
itu. Hanya saja, dia akan sinis kepada orang yang baru dilihatnya dan orang
yang tidak disukainya. Aku mengenalnya saat kami MOS pada hari pertama, waktu
itu kami satu kelompok untuk membuat karya dari tusuk gigi.
Ririn juga susah untuk jatuh cinta,
makanya, sekalinya dia benar-benar menyukai seseorang aku akan membantunya
dengan sepenuh jiwa dan raga, serta tulangku. Tapi, sekarang dia malah menyukai
cowok yang salah.
“May, aku puny ide… gimana kalau aku
minta nomornya aja?” usulnya, no.. nomor?
“Tapi kan susah dapat nomor cowok
populer” kataku.
“Iya juga sih…” sepertinya dia lagi
memikirkan sesuatu. Aku segera mengambil HP-ku dan mengecek sesuatu. Fiuh,
untung udah terganti.
“Tanya sama temannya aja…” usulku.
Gila sih, lagi pula mana mau kami minta nomor cowok ke temannya, masih bisa sih
kalau cewek, nah, kalau cowok? Ugh!
“Benar juga!! Nanti deh aku cari siapa
yang punya nomor dia, pasti banyak yang tau kan,” katanya sambil
tersenyum-senyum sendiri.
“Tapi, aku masih bingung… kok cowok
sepopuler dia gak punya pacar sih?” lanjutnya. DEG!
“I, I, iya juga sih… kenapa yah?”
timpalku.
“Oh iya selain itu, katanya dia pernah punya mantan, tapi aku gak tau siapa, mungkin anak sekolah lain…
lucu yah, padahal biasanya cowok populer itu banyak mantannya…”
“Haha…”
“Masuk kelas yuk,” ajak Ririn, aku
mengiyakan dan kami pun masuk ke kelas yang terletak di atas. Oh iya, sekarang
aku kelas 8.D dan Ryan kelas 8.B. kelasnya terletak di bawah kelas 8.E, pas di
samping tangga.
Aku berdiri di teras depan kelasku,
sambil memandang kebawah. Dan hanya merenung menunggu guru SBK datang, dan
sepertinya tidak akan datang, padahal aku suka SBK.
“Ngapain?” tanya seseorang di
belakangku. Aku hanya menoleh sebentar dan melanjutkan ritual merenungku.
“Bernapas, dan merenung…”
“Hahaha… ya iyalah bernapas, lagi
liatin siapa sih? Seru banget keliatannya.” Dia ikut memandang kebawah, mencoba
mencari apa yang sedang aku perhatikan.
“Orang…” kataku singkat.
“Kamu aneh deh, biasanya kalau free
class pasti ribut sendiri, nah sekarang? Paling diam…”
“Nggak mood aja bicara banyak…”
kataku. Kami sempat terdiam. Dia masih berdiri di sampingku, ikut memandang
kosong orang-orang yang berada dibawah.
“Maya, aku suka loh sama kamu…”
“Oh ya? Aku juga suka kok..” kataku
tak memerhatikannya.
“May, bukan itu maksudku, aku menyukai
mu.. jadian yuk?” Eh, apa tadi si Rifky bilang? Kesadaranku seakan berkumpul
kembali. WHAT!?
Aku memandangnya. “Ja, ja, ja, ja,
jadian?” kataku tergagap-gagap. Ma, maksudnya pacaran? Huaaaa, aku belum siap!!
Memangnya siapa sih orang yang akan tenang-tenang saja bila ada cowok yang
secara LIVE bilang kayak begini?
Rasanya aku mau muntah, dan juga aku berharap ada kamera pengintai yang sedari
tadi merekam kami berdua, lalu kita bisa melambaikan tangan bila tak sanggup
lagi, yang kayak di dunia lain itu loh…
Aku celingak-celingukan mencari CCTV,
siapa tau saja inii adalah sebuah rekayasa. Tapi hasilnya nihil. Aku ingin
menghilang saja!
“A.. a.. akuu, aku” ugh! Sumayyah Handani kamu harus tenang! Rileks. Aku
seakan-akan mendengar suara hatiku berkata seperti itu, tapi, ya ampun! Dalam keadaan
seperti ini mana bisa aku tenang. Apalagi suaraku yang tak bisa keluar, belum
lagi bila bersuara seperti suara kuda kecekik. Aku benci situasi ini.
Dia masih menunggu, aku mulai
kehilangan akal. Aku harus bilang apa? Apa jangan-jangan Rifky hanya pura-pura?
Dia kan termasuk jahil di kelas. Aku merasa wajahku mulai merah saking malunya,
dan juga jantungku berdegup lebih kencang.
“Beneran?” tanyaku.
“Iya, mau yah?”
“Gak lagi ngerjain aku kan?” tanyaku
lagi.
“Beneran… mau gak?” katanya lagi. Ya
ampun dia agresif banget sih, aku harus bilang apa? Masa Oke? Ugh! Aku merasa
otakku telah lari terbirit-birit.
“Aku bohong kok…” DUUEEENGG! Aku benci
laki-laki!!!
“May, Maya tunggu! Tadi ada apa sih?
Aku gak ngerti deh..” kata Ririn sewaktu pelajaran telah selesai dan aku segera
ingin pulang.
“Mayaa, pulang bareng yuk..” kata
Ririni lagi yang masih mengikutiku dari belakang. Rumahku dan rumah Ririn
searah, hanya saja rumahnya lebih dekat.
Aku masih bungkam soal kejadian tadi.
Cowok memang mahluk iblis! Kejadian tadi belum juga hilang dari ingatanku.
Seakan-akan sewaktu itu memang benar ada CCTV yang merekam kami berdua, lalu
dia mengirimnya ke otak-ku yang sudah kembali.
Bagaimana mungkin setelah mengatakan
begitu, Rifky langsung masuk kekelas dengan santainya dan teriak “BERHASIL!” di
depan kelas, yang membuat semua cowok tertawa terrbahak-bahak dan membuat para
cewek yang kebingungan. Aku memang bodoh tertipu seperti tadi.
“May.. kamu gak papakan?” Ririn
menyempatkan diri untuk kerumahku. Kami langsung masuk kamar, dan setelah itu
aku langsung menceritakannya. Semua, tanpa terkecuali.
“Dasar! Aku juga gak terima kamu di
kasih gitu! Rifky memang kejam banget, deh… ya udah, besok kamu jangan sampai
gak pergi sekolah” sarannya, setelah aku mengatakan tidak ingin kesekolah
besok.
“Kalau kamu sampai gak datang, nanti
mereka akan keasyikan, dan juga bersikap seperti biasa aja.. toh kamu juga gak
dekat-dekat amat sama Rifky” katanya lagi. Oh
God thank’s Engkau mempertemukanku sama Ririn. Hiks, rasanya ingin nangis.
Aku mengecek hpku dan ternyata ada
pesan masuk.
Lagi ngapain, Moy?
Habis
makan, mau ngerjain tugas.. kamu?
Gak ngapa2in. belum makan nih, ingatin
dong..
Ngapain
diingatin, memgnya kalo kamu lapar trus belum diingatin kamu gak makan?
Makan sih, hehe… kan lebih enak
diingatin
Hmmm…
udah ulangan IPS belum? Besok aku mau ulangan nih, malas banget X(
Belum, belajar dong…
Hhmmm…
oke, udahan yah, gak gratisan nih
Iyaaa
Aku segera menjauhkan hp-ku dan mulai
mengerjakan tugas yang mau dikumpul besok, sekaligus belajar IPS.
Setelah selesai semua, aku ingin
refreshing dengan internetan. Aku lalu mengambil laptop bersama. Di rumahku
tidak ada yang namanya laptop pribadi dan hanya ada 2 plus 1 komputer. Itupun
kalau aku minta, harus menempuh waktu panjang. Soalnya aku harus melangkahi 2
kakakku Cewek, aku juga punya adik laki-laki.
Aku bersyukur di rumahku tersediam
modem. Meski lebih bagusan kalau pake wi-fi, tapi kata Ayah gak usah dulu
karena di rumah kita yang bisa pake sedikit. Haa, tak apalah, setidaknya kami
bisa internetan dengan lancar.
Aku memulai dengan membuka fb dan
twitter, setelah semua notif dan pesan selesai aku lalu pindah ke gmail.
Satu
mail masuk
Kuls :
Hai
Orang ini selalu mengajakku chat,
meski aku gak tauu dia itu siapa. Tapi asyik juga sih ngobrol bareng dia,
soalnya dia nyambung sih. Kami bertemu saat chat di Omegle dan setelah tau dia
orang Indonesia kami jadi sering chatting.
Hai
juga
Kuls :
Lgi apa?
Cuma
cek-ngecek aja, aku juuga Cuma sebentar. Oh iya, mau cerita nih.
Kuls :
Apaan?
Aku lalu menceritakan semua kejadian
tadi. Aku juga tidak tahu kenapa aku menceritakan kejadian yang sama teman
kukenalpun tak ingin ku beritahu. Hanya saja, sepertinya aku ingin saja
menceritakannya.
Kami sempat mengobrol banyak hal, lalu
aku memutuskan untuk off dan tidur, soalnya sudah pukul 12.30
Karena semalan begadang, aku jadi
terlambat kesekolah. Dan alhasil aku di tahan, di depan ruang BK. Yang
terlambat lumayan banyak termasuk Ryan. Setelah urusan dengan BK selesai, aku
segera kembali ke kelas.
Saking terburu-burunya, aku sempat
tersandung di tangga dan jatuh ke belakang. Untung saja baru anak tangga kedua.
“Masih ceroboh yah? Haha, hati-hati
dong!” kata seseorang dengan suara
ngebass di belakangku. Aku menoleh. Ryan lalu tersenyum tapi lebih tepatnya
tertawa kepadaku.
“Mau di bantuin?” tanyanya. Aku lalu
berdiri sambil menepuk-nepuk rokku.
“Gak usah, makasih…” kataku, lalu aku
kembali berlari naik keatas dengan lebih berhati-hati. Sambil berlari menuju
kelas, tak henti-hentinya jantungku berdegup sangat kencang. Aku berusaha
menenangkan diri sebelum melangkah masuk ke dalam kelas yang sepertinya sudah
ada Pak Amal, guru matematika. Dia masuk kedalam black list-ku. Setelah selesai
menenagkan diri dan mengulang-ulang kalimat “Aku deg-degan karena takut
dimarahi, bukan karena hal yang lain”, aku pun mengetok pintu dan masuk dengan
perlahan.
Dan tentu saja aku di ceramahi.
Memangnya siapa sih guru yang mau melewatkan kesempatan untuk menceramahi
muridnya?
“Maya..” panggil seseorang saat aku
hendak ke kantin istirahat ke dua. Ririn
tidak bersamaku karena sedang sakit perut dan sekarang dia ada di UKS. Aku
sudah memperingatinya jangan makan yang manis-manis kalau pagi, tapi dia tak
mau dengar. Perut Ririn memang sangat rentan.
Aku menengok ke belakang, ugh! Dia
lagi… aku tidak berniat memperlambat jalanku yang sekarang setengah berlari.
Aku turun dari tangga dengan cepat, tapi tentu saja tenaga cowok lebih kuat.
Saat sampai di lantai bawah, aku ingin berbelok menuju kantin, dan… DEDENG.
Tepat di depanku Ryan berdiri
memandangiku, aku juga melihatnya. Ini seperti adegan di sinetron! Ampun deh…
Akhirnya Rifky sampai di bawah dan
berada tepat di belakangku. Jadi posisi ku sekarang seperti ini :
Ryan berdiri tepat di depanku,
sedangkan Rifky berada di belakangku, otomatis aku berada di tengah-tengah
mereka. Sinetron banget kan?
Aku sempat lama menatapnya, sehingga
tersadar dan segera pergi. Sekali lagi jantunglu berdebar-debar tak karuan
seperti ini. seperti tadi pagi, dan aku tidak bisa menjadikan “Takut di marahi”
sebagai alasan. Aku hanya takut kalau jantungku berdebar-debar karena alasan
lain.
Setelah balik dari kantin, aku duduk
di taman tempat favoritku. Nyaman sekali disini, tapi kenyamanan itu hancur
lebur tanpa bekas saat Rifky datang. mau apa lagi sih dia? Saat menuju
kearahku, aku sempat celingak-celingukan. Siapa tahu ada temannya atau CCTV
yang sedang mengintai kita.
“May sori yah, soal… kemarin” katanya
setelah duduk di depanku.
“Gak ikhlas banget sih” keluhku.
Menurutku kata seperti “Sorry, Sori, atau Sori yah” berarti si peminta maaf
tidak ikhlas, aku menganggapnya ikhlas bila dia berkata “Maaf, aku minta maaf,
maafin aku yah” seperti itu.
“Aku ikhlas seikhlas-ikhlasnya kok!”
“Gak di maafin”
“Iya, iya… May, aku minta maaf soal
kemarin, maafin aku yah?” katanya. Cih, mencoba mengambil hatiku yah? Aku
meliriknya tajam, meski aku kurang yakin bahwa aku bisa melakukannya, lalu
pergi meninggalkannya.
“May, aku berhasil dapat nomornya
Ryan!” kata Ririn setelah pelajaran biologi di lab. Aku tidak tahu dari mana
dia mendapatkannya, yang jelas aku tahu kalau akan terjadi bencana besar.
“Bagus dong! Jadi mau di SMS duluan?”
tanyaku penuh selidik.
“Iya dong! Kalau nunggu dia duluan
mungkin sampai nenek-nenek aku gak bakal di SMS, dia kan belum kenal aku,
jadiii… aku harus memperkenalkan diri!” serunya dengan antusias. Astaga.
“Mau bilang apa?” tanyaku, kami
berjalan kembali menuju kelas sambil mendiskusikan hal ini.
“Hmmm… mungkin ‘Halo’ atau ‘Hai!’”
katanya berpikir.
“Jadi rencananya gimana?” tanyaku
lagi.
“Pertama mungkin aku bakal ngajak SMS
dia terus, nah dari situ kita liat bagaimana jawabannya…”
“Jawaban? Maksudnya?”
“Yaa.. kalau dia jawabnya singkat dan
gak antusias, mending gak usah dilanjutin…”
“Lho? Kenapa?”
“Itu berarti dia gak tertarik sama
kita…” jelas Ririn.
“Tau dari mana sih?” aku penasaran
dari mana dia mendapat info seperti ini.
“Majalah, tapi metode ini sebenarnya berlaku buat cowok…”
“He? Ryan kan juga cowok…” aku
bingung. Penjelasan Ririn sepertinya mulai ngaco.
“Iyalah, masa cewek sih, aku mana mau
kalau ternyata dia cewek! Maksudnya itu, sebenarnya metode ini digunakan cowok,
misalnya nih, si cowok A suka sama cewek B. dia mau memulai karirnya dengan
meng-SMS si B, seperti aku ini. nah, kalau si B (cewek) jawabnya singkat, dan
gak antusias, si A (cowok) di sarankan menyerah, karena kemungkinan besar si B
gak suka sama si A..” kata Ririn panjang lebar.
“Oh.. jadi maksud kamu, sebenarnya ini
metode cowok tapi kamu pake?”
“Yup!” aku baru tahu. Kalau
dipikir-pikir aku selalu menjawab SMS atau chat dengan panjang lebar dan
antusias, apa itu berarti aku suka sama dia? Tapikan kebanyakan yang ku SMS itu
cewek. Jangan-jangan kalau sampai orang yang aku SMS tahu metode ini, dia bakal
mengira aku suka sama dia? Uhnooo!! Aku masih normal! Baiklah mulai sekarang
aku akan menjawab SMS dengan singkat!
Aku pulang ke rumah, dan langsung
masuk kamar. Tadi pagi aku tidak bawa HP jadi tidak tahu kalau ada yang SMS.
1 pesan masuk
Oi! Gimana ulangan IPS-nya?
Gurunya
gak masuk.. cih, padahal aku sudah belajar!
Saat mengirim SMS itu aku jadi
teringat perkataan Ririn. Mungkin sekarangg aku akan mempraktekkannya.
Hahaha, kasian amat. Jangan nangis loh
Gak
bakal
“Susah juga ya jawab SMS singkat.” Pikirku.
Kenapa? Ngambek yah?
Gak
kok
Mungkin hanya orang-orang tertentu
saja yang pake metode ini. susah banget sih! Salah-salah kitamalah dikira
marah…
Oh
iya, kamu gak pernah kasih tau siapa-siapa kan?
Soal yang mana?
Itu
loh! Masa gak tahu sih…
Oh… gak. Kamu sendiri kan yang gak mau…
Iya,
jangan kasih tau siapa-siapa yah, soalnya sekarang lagi rawan
Rawan? Kenapa?
Pokoknya
rawan deh…
Hahaha kamu lucu yah, gak mau ngakuin
hal seperti itu
Bukannya
apa sih, soalnya kalau sampai bocor, aku bakal repot.. apalagi kamu beda dengan
yang dulu, kan
Beda apanya? Gak beda kok
Buktinya?
Buktinya, aku masih suka sama kamu…
Jantungku
kembali berdegup kencang. Plis, jangan bilang lebih jauh lagi..
Kok diam? Jadi gimana? Kamu juga masih
suka kan sama aku?
Masih
kok...
Aku ingin membatalkan pesan yang
kukirim, tapi hasilnya nihil, soalnya sudah terpencet. Bego banget.
Asyiikk! Jadian lagi yuk!
Gak
ah, kalau jadian aku bakal jauhin kamu
Gak apa-apa, nanti aku gak bakal jauhin
kamu kok
Lagian…
aku gak tau caranya pcran
Gampang! Nanti aku ajarin
Gimana
caranya?
Kalau mau tahu harus pacaran sama aku
dong
Gak
usah, deh kalau gitu… oh iya, kalau kita pacaran bakal lebih repot
Padahal aku pengen balikan…
Aku
jg msh belum siap
Hmmm… aku juga gk mau paksa kamu sih,
tapi kasih tau aku yah kalau udh siap. Aku bakal nunggu kok
Payah! Gombalan macam apa itu? Membuat
hatiku semakin sakit saja. Aku sebenarnya masih sangaaaaat menyukainya. Tapi
ada sesuatu yang membuatku tak bisa balikan sama dia. Cowok itu bego banget
sih. Saking begonya aku tidak bisa berhenti untuk menyukainya…
eeaa
BalasHapus