Selasa, 02 Desember 2014

Damnit ILove him



PART 1


“Gimana? Lancar?” Tanyaku.
“Haaa~ gagal total deh kayaknya..”
“Kok gitu?”
“Gimana gak gagal kalau Ryan dikerumuni cewek mulu, bicara aja aku gak bisa” katanya. Kami sedang membicarakan soal PDKT Ririn sama Ryan, yang menurutku sekali lagi gagal total. Kami memilih untuk ngerumpi di taman sekolah, aku suka taman ini. pohonnya sangat banyak jadi sejuk dan ada juga meja kecil yang terbuat dari semen lalu di lapisi tehel berbentuk lingkaran, serta atap bundar untuk melindungi dari cahaya matahari, dan kursi dari semen yang di bentuk seperti kayu setelah dipotong untuk kami duduki. Terdapat sekitar 4 meja seperti ini di taman, dan 1 lagi meja panjang untuk banyak orang.
“Jadi gimana? Mau nyerah?” tanyaku lagi.
“Nyerah? Kata macam apa itu?! Aku gak tau kalau di dunia ini ada kata menyerah” katanya dengan khasnya bila aku bertanya seperti ini.
“Oke, oke, kalau gitu harus berjuang dong!” aku menyemangatinya dengan penuh semangat. “Yoooo!”
Ririn Prilia Lestari Gunawan. Dia adalah sahabatku sejak kelas 1 SMP. Kami selalu bersama, mulai dari tempat duduk, bawa bekal (supaya bisa hemat) dan mempunyai sifat yang hampir sama, bahkan ada yang bilang kami kembar!
Rambut Ririn panjang sepunggung dan jenis rambut jatuh, aku suka rambutnya. Rambutnya juga hitam kecoklatan, dia selalu mengepang poninya yang panjang lalu di jepit ke samping. Wajahnya manis, dan putih bersih, tinggi pula. Dan yang paling kusukai adalah, dia mancung. Pokoknya idaman cowok deh!
Sifatnya sangat dewasa, tapi  menjadi kekanakan bila bersamaku. Dia juga baik dan jangan heran bila pertama bertemu kalian akan merasa bahwa Ririn sangat sombong. Tidak, tidak, dia sama sekali tidak mempunyai sifat seperti itu. Hanya saja, dia akan sinis kepada orang yang baru dilihatnya dan orang yang tidak disukainya. Aku mengenalnya saat kami MOS pada hari pertama, waktu itu kami satu kelompok untuk membuat karya dari tusuk gigi.
Ririn juga susah untuk jatuh cinta, makanya, sekalinya dia benar-benar menyukai seseorang aku akan membantunya dengan sepenuh jiwa dan raga, serta tulangku. Tapi, sekarang dia malah menyukai cowok yang salah.
“May, aku puny ide… gimana kalau aku minta nomornya aja?” usulnya, no.. nomor?
“Tapi kan susah dapat nomor cowok populer” kataku.
“Iya juga sih…” sepertinya dia lagi memikirkan sesuatu. Aku segera mengambil HP-ku dan mengecek sesuatu. Fiuh, untung udah terganti.
“Tanya sama temannya aja…” usulku. Gila sih, lagi pula mana mau kami minta nomor cowok ke temannya, masih bisa sih kalau cewek, nah, kalau cowok? Ugh!
“Benar juga!! Nanti deh aku cari siapa yang punya nomor dia, pasti banyak yang tau kan,” katanya sambil tersenyum-senyum sendiri.
“Tapi, aku masih bingung… kok cowok sepopuler dia gak punya pacar sih?” lanjutnya. DEG!
“I, I, iya juga sih… kenapa yah?” timpalku.
“Oh iya selain itu, katanya  dia pernah punya mantan, tapi  aku gak tau siapa, mungkin anak sekolah lain… lucu yah, padahal biasanya cowok populer itu banyak mantannya…”
“Haha…”
“Masuk kelas yuk,” ajak Ririn, aku mengiyakan dan kami pun masuk ke kelas yang terletak di atas. Oh iya, sekarang aku kelas 8.D dan Ryan kelas 8.B. kelasnya terletak di bawah kelas 8.E, pas di samping tangga.
Aku berdiri di teras depan kelasku, sambil memandang kebawah. Dan hanya merenung menunggu guru SBK datang, dan sepertinya tidak akan datang, padahal aku suka SBK.
“Ngapain?” tanya seseorang di belakangku. Aku hanya menoleh sebentar dan melanjutkan ritual merenungku.
“Bernapas, dan merenung…”
“Hahaha… ya iyalah bernapas, lagi liatin siapa sih? Seru banget keliatannya.” Dia ikut memandang kebawah, mencoba mencari apa yang sedang aku perhatikan.
“Orang…” kataku singkat.
“Kamu aneh deh, biasanya kalau free class pasti ribut sendiri, nah sekarang? Paling diam…”
“Nggak mood aja bicara banyak…” kataku. Kami sempat terdiam. Dia masih berdiri di sampingku, ikut memandang kosong orang-orang yang berada dibawah.
“Maya, aku suka loh sama kamu…”
“Oh ya? Aku juga suka kok..” kataku tak memerhatikannya.
“May, bukan itu maksudku, aku menyukai mu.. jadian yuk?” Eh, apa tadi si Rifky bilang? Kesadaranku seakan berkumpul kembali. WHAT!?

Aku memandangnya. “Ja, ja, ja, ja, jadian?” kataku tergagap-gagap. Ma, maksudnya pacaran? Huaaaa, aku belum siap!! Memangnya siapa sih orang yang akan tenang-tenang saja bila ada cowok yang secara LIVE bilang kayak begini? Rasanya aku mau muntah, dan juga aku berharap ada kamera pengintai yang sedari tadi merekam kami berdua, lalu kita bisa melambaikan tangan bila tak sanggup lagi, yang kayak di dunia lain itu loh…
Aku celingak-celingukan mencari CCTV, siapa tau saja inii adalah sebuah rekayasa. Tapi hasilnya nihil. Aku ingin menghilang saja!
“A.. a.. akuu, aku” ugh! Sumayyah Handani kamu harus tenang! Rileks. Aku seakan-akan mendengar suara hatiku berkata seperti itu, tapi, ya ampun! Dalam keadaan seperti ini mana bisa aku tenang. Apalagi suaraku yang tak bisa keluar, belum lagi bila bersuara seperti suara kuda kecekik. Aku benci situasi ini.
Dia masih menunggu, aku mulai kehilangan akal. Aku harus bilang apa? Apa jangan-jangan Rifky hanya pura-pura? Dia kan termasuk jahil di kelas. Aku merasa wajahku mulai merah saking malunya, dan juga jantungku berdegup lebih kencang.
“Beneran?” tanyaku.
“Iya, mau yah?”
“Gak lagi ngerjain aku kan?” tanyaku lagi.
“Beneran… mau gak?” katanya lagi. Ya ampun dia agresif banget sih, aku harus bilang apa? Masa Oke? Ugh! Aku merasa otakku telah lari terbirit-birit.
“Aku bohong kok…” DUUEEENGG! Aku benci laki-laki!!!


“May, Maya tunggu! Tadi ada apa sih? Aku gak ngerti deh..” kata Ririn sewaktu pelajaran telah selesai dan aku segera ingin pulang.
“Mayaa, pulang bareng yuk..” kata Ririni lagi yang masih mengikutiku dari belakang. Rumahku dan rumah Ririn searah, hanya saja rumahnya lebih dekat.
Aku masih bungkam soal kejadian tadi. Cowok memang mahluk iblis! Kejadian tadi belum juga hilang dari ingatanku. Seakan-akan sewaktu itu memang benar ada CCTV yang merekam kami berdua, lalu dia mengirimnya ke otak-ku yang sudah kembali.
Bagaimana mungkin setelah mengatakan begitu, Rifky langsung masuk kekelas dengan santainya dan teriak “BERHASIL!” di depan kelas, yang membuat semua cowok tertawa terrbahak-bahak dan membuat para cewek yang kebingungan. Aku memang bodoh tertipu seperti tadi.
“May.. kamu gak papakan?” Ririn menyempatkan diri untuk kerumahku. Kami langsung masuk kamar, dan setelah itu aku langsung menceritakannya. Semua, tanpa terkecuali.
“Dasar! Aku juga gak terima kamu di kasih gitu! Rifky memang kejam banget, deh… ya udah, besok kamu jangan sampai gak pergi sekolah” sarannya, setelah aku mengatakan tidak ingin kesekolah besok.
“Kalau kamu sampai gak datang, nanti mereka akan keasyikan, dan juga bersikap seperti biasa aja.. toh kamu juga gak dekat-dekat amat sama Rifky” katanya lagi. Oh God thank’s Engkau mempertemukanku sama Ririn. Hiks, rasanya ingin nangis.

Aku mengecek hpku dan ternyata ada pesan masuk.
Lagi ngapain, Moy?  
Habis makan, mau ngerjain tugas.. kamu?
Gak ngapa2in. belum makan nih, ingatin dong..
Ngapain diingatin, memgnya kalo kamu lapar trus belum diingatin kamu gak makan?
Makan sih, hehe… kan lebih enak diingatin
Hmmm… udah ulangan IPS belum? Besok aku mau ulangan nih, malas banget X(
Belum, belajar dong…
Hhmmm… oke, udahan yah, gak gratisan nih
Iyaaa

Aku segera menjauhkan hp-ku dan mulai mengerjakan tugas yang mau dikumpul besok, sekaligus belajar IPS.
Setelah selesai semua, aku ingin refreshing dengan internetan. Aku lalu mengambil laptop bersama. Di rumahku tidak ada yang namanya laptop pribadi dan hanya ada 2 plus 1 komputer. Itupun kalau aku minta, harus menempuh waktu panjang. Soalnya aku harus melangkahi 2 kakakku Cewek, aku juga punya adik laki-laki.
Aku bersyukur di rumahku tersediam modem. Meski lebih bagusan kalau pake wi-fi, tapi kata Ayah gak usah dulu karena di rumah kita yang bisa pake sedikit. Haa, tak apalah, setidaknya kami bisa internetan dengan lancar.
Aku memulai dengan membuka fb dan twitter, setelah semua notif dan pesan selesai aku lalu pindah ke gmail.
Satu mail masuk
Kuls :
Hai
Orang ini selalu mengajakku chat, meski aku gak tauu dia itu siapa. Tapi asyik juga sih ngobrol bareng dia, soalnya dia nyambung sih. Kami bertemu saat chat di Omegle dan setelah tau dia orang Indonesia kami jadi sering chatting.
Hai juga
Kuls :
Lgi apa?
Cuma cek-ngecek aja, aku juuga Cuma sebentar. Oh iya, mau cerita nih.
Kuls :
Apaan?
Aku lalu menceritakan semua kejadian tadi. Aku juga tidak tahu kenapa aku menceritakan kejadian yang sama teman kukenalpun tak ingin ku beritahu. Hanya saja, sepertinya aku ingin saja menceritakannya.
Kami sempat mengobrol banyak hal, lalu aku memutuskan untuk off dan tidur, soalnya sudah pukul 12.30


Karena semalan begadang, aku jadi terlambat kesekolah. Dan alhasil aku di tahan, di depan ruang BK. Yang terlambat lumayan banyak termasuk Ryan. Setelah urusan dengan BK selesai, aku segera kembali ke kelas.
Saking terburu-burunya, aku sempat tersandung di tangga dan jatuh ke belakang. Untung saja baru anak tangga kedua.
“Masih ceroboh yah? Haha, hati-hati dong!” kata seseorang dengan  suara ngebass di belakangku. Aku menoleh. Ryan lalu tersenyum tapi lebih tepatnya tertawa kepadaku.
“Mau di bantuin?” tanyanya. Aku lalu berdiri sambil menepuk-nepuk rokku.
“Gak usah, makasih…” kataku, lalu aku kembali berlari naik keatas dengan lebih berhati-hati. Sambil berlari menuju kelas, tak henti-hentinya jantungku berdegup sangat kencang. Aku berusaha menenangkan diri sebelum melangkah masuk ke dalam kelas yang sepertinya sudah ada Pak Amal, guru matematika. Dia masuk kedalam black list-ku. Setelah selesai menenagkan diri dan mengulang-ulang kalimat “Aku deg-degan karena takut dimarahi, bukan karena hal yang lain”, aku pun mengetok pintu dan masuk dengan perlahan.
Dan tentu saja aku di ceramahi. Memangnya siapa sih guru yang mau melewatkan kesempatan untuk menceramahi muridnya?

“Maya..” panggil seseorang saat aku hendak  ke kantin istirahat ke dua. Ririn tidak bersamaku karena sedang sakit perut dan sekarang dia ada di UKS. Aku sudah memperingatinya jangan makan yang manis-manis kalau pagi, tapi dia tak mau dengar. Perut Ririn memang sangat rentan.
Aku menengok ke belakang, ugh! Dia lagi… aku tidak berniat memperlambat jalanku yang sekarang setengah berlari. Aku turun dari tangga dengan cepat, tapi tentu saja tenaga cowok lebih kuat. Saat sampai di lantai bawah, aku ingin berbelok menuju kantin, dan… DEDENG.
Tepat di depanku Ryan berdiri memandangiku, aku juga melihatnya. Ini seperti adegan di sinetron! Ampun deh…
Akhirnya Rifky sampai di bawah dan berada tepat di belakangku. Jadi posisi ku sekarang seperti ini :
Ryan berdiri tepat di depanku, sedangkan Rifky berada di belakangku, otomatis aku berada di tengah-tengah mereka. Sinetron banget kan?
Aku sempat lama menatapnya, sehingga tersadar dan segera pergi. Sekali lagi jantunglu berdebar-debar tak karuan seperti ini. seperti tadi pagi, dan aku tidak bisa menjadikan “Takut di marahi” sebagai alasan. Aku hanya takut kalau jantungku berdebar-debar karena alasan lain.

Setelah balik dari kantin, aku duduk di taman tempat favoritku. Nyaman sekali disini, tapi kenyamanan itu hancur lebur tanpa bekas saat Rifky datang. mau apa lagi sih dia? Saat menuju kearahku, aku sempat celingak-celingukan. Siapa tahu ada temannya atau CCTV yang sedang mengintai kita.
“May sori yah, soal… kemarin” katanya setelah duduk di depanku.
“Gak ikhlas banget sih” keluhku. Menurutku kata seperti “Sorry, Sori, atau Sori yah” berarti si peminta maaf tidak ikhlas, aku menganggapnya ikhlas bila dia berkata “Maaf, aku minta maaf, maafin aku yah” seperti itu.
“Aku ikhlas seikhlas-ikhlasnya kok!”
“Gak di maafin”
“Iya, iya… May, aku minta maaf soal kemarin, maafin aku yah?” katanya. Cih, mencoba mengambil hatiku yah? Aku meliriknya tajam, meski aku kurang yakin bahwa aku bisa melakukannya, lalu pergi meninggalkannya.   

“May, aku berhasil dapat nomornya Ryan!” kata Ririn setelah pelajaran biologi di lab. Aku tidak tahu dari mana dia mendapatkannya, yang jelas aku tahu kalau akan terjadi bencana besar.
“Bagus dong! Jadi mau di SMS duluan?” tanyaku penuh selidik.
“Iya dong! Kalau nunggu dia duluan mungkin sampai nenek-nenek aku gak bakal di SMS, dia kan belum kenal aku, jadiii… aku harus memperkenalkan diri!” serunya dengan antusias. Astaga.
“Mau bilang apa?” tanyaku, kami berjalan kembali menuju kelas sambil mendiskusikan hal ini.
“Hmmm… mungkin ‘Halo’ atau ‘Hai!’” katanya berpikir.
“Jadi rencananya gimana?” tanyaku lagi.
“Pertama mungkin aku bakal ngajak SMS dia terus, nah dari situ kita liat bagaimana jawabannya…”
“Jawaban? Maksudnya?”
“Yaa.. kalau dia jawabnya singkat dan gak antusias, mending gak usah dilanjutin…”
“Lho? Kenapa?”
“Itu berarti dia gak tertarik sama kita…” jelas Ririn.
“Tau dari mana sih?” aku penasaran dari mana dia mendapat info seperti ini.
“Majalah, tapi metode ini  sebenarnya berlaku buat cowok…”
“He? Ryan kan juga cowok…” aku bingung. Penjelasan Ririn sepertinya mulai ngaco.
“Iyalah, masa cewek sih, aku mana mau kalau ternyata dia cewek! Maksudnya itu, sebenarnya metode ini digunakan cowok, misalnya nih, si cowok A suka sama cewek B. dia mau memulai karirnya dengan meng-SMS si B, seperti aku ini. nah, kalau si B (cewek) jawabnya singkat, dan gak antusias, si A (cowok) di sarankan menyerah, karena kemungkinan besar si B gak suka sama si A..” kata Ririn panjang lebar.
“Oh.. jadi maksud kamu, sebenarnya ini metode cowok tapi kamu pake?”
“Yup!” aku baru tahu. Kalau dipikir-pikir aku selalu menjawab SMS atau chat dengan panjang lebar dan antusias, apa itu berarti aku suka sama dia? Tapikan kebanyakan yang ku SMS itu cewek. Jangan-jangan kalau sampai orang yang aku SMS tahu metode ini, dia bakal mengira aku suka sama dia? Uhnooo!! Aku masih normal! Baiklah mulai sekarang aku akan menjawab SMS dengan singkat!


Aku pulang ke rumah, dan langsung masuk kamar. Tadi pagi aku tidak bawa HP jadi tidak tahu kalau ada yang SMS.

1 pesan masuk
Oi! Gimana ulangan IPS-nya?
Gurunya gak masuk.. cih, padahal aku sudah belajar!
Saat mengirim SMS itu aku jadi teringat perkataan Ririn. Mungkin sekarangg aku akan mempraktekkannya.
Hahaha, kasian amat. Jangan nangis loh
Gak bakal
“Susah juga ya jawab SMS singkat.” Pikirku.
Kenapa? Ngambek yah?
Gak kok
Mungkin hanya orang-orang tertentu saja yang pake metode ini. susah banget sih! Salah-salah kitamalah dikira marah…
Oh iya, kamu gak pernah kasih tau siapa-siapa kan?
Soal yang mana?
Itu loh! Masa gak tahu sih…
Oh… gak. Kamu sendiri kan yang gak mau…
Iya, jangan kasih tau siapa-siapa yah, soalnya sekarang lagi rawan
Rawan? Kenapa?
Pokoknya rawan deh…
Hahaha kamu lucu yah, gak mau ngakuin hal seperti itu
Bukannya apa sih, soalnya kalau sampai bocor, aku bakal repot.. apalagi kamu beda dengan yang dulu, kan
Beda apanya? Gak beda kok
Buktinya?
Buktinya, aku masih suka sama kamu…

Jantungku kembali berdegup kencang. Plis, jangan bilang lebih jauh lagi..

Kok diam? Jadi gimana? Kamu juga masih suka kan sama aku?
Masih kok...
Aku ingin membatalkan pesan yang kukirim, tapi hasilnya nihil, soalnya sudah terpencet. Bego banget.
Asyiikk! Jadian lagi yuk!
Gak ah, kalau jadian aku bakal jauhin kamu
Gak apa-apa, nanti aku gak bakal jauhin kamu kok
Lagian… aku gak tau caranya pcran
Gampang! Nanti aku ajarin
Gimana caranya?
Kalau mau tahu harus pacaran sama aku dong
Gak usah, deh kalau gitu… oh iya, kalau kita pacaran bakal lebih repot
Padahal aku pengen balikan…
Aku jg msh belum siap
Hmmm… aku juga gk mau paksa kamu sih, tapi kasih tau aku yah kalau udh siap. Aku bakal nunggu kok
Payah! Gombalan macam apa itu? Membuat hatiku semakin sakit saja. Aku sebenarnya masih sangaaaaat menyukainya. Tapi ada sesuatu yang membuatku tak bisa balikan sama dia. Cowok itu bego banget sih. Saking begonya aku tidak bisa berhenti untuk menyukainya…

1 komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...