Senin, 28 Februari 2022

Doppelganger



Pagi ini akan dibuka dengan janji saya di postingan sebelumnya..

Soal mimpi buruk yang sekali lagi menghampiri malamku...

 

Setelah menonton film Perempuan Tanah Jahannam, saya cukup gelisah. Takut dan yakin akan mengalami tidur yang tidak nyenyak. Mengapa? Karena saya terlalu menghayati film itu. Saya kemudian bertanya-tanya mimpi yang mana akan menghampiri malam ini. Sempat ingin mengalihkan pikiran dengan menonton anime yang lebih ceria, namun adegan film Perempuan Tanah Jahannam terlalu menghantui. Maka pasrahlah saya. Tidak mungkin juga saya tidak tidur, karena hal sepele semacam ini. Lagian saya juga sudah sangat mengantuk.

Apa yang saya takutkan terjadi...

 

Mimpi itu berkisah mengenai diri saya dan diri saya yang lain. Saat itu, rumah dalam keadaan mencekam, dan bingung. Keluarga saya bingung dan mulai mengira-ngira apa sebenarnya yang terjadi kepada diri saya yang tiba-tiba menjadi dua orang. Di antara kami ada yang asli dan ada yang doppelanger. Tentu saya tahu yang mana dari kami yang asli, yaitu saya. Bukan doppelanger ini. Namun bukan itu permasalahannya. Masalah yang sebenarnya saya hadapi adalah bagaimana cara meyakinkan keluargaku bahwa saya adalah asli. Segala cara saya coba untuk meyakinkan mereka. Namun, rupanya si doppelganger ini juga lihai dalam bermain kata. Membuat semua orang menjadi pusing tujuh kepayang. Tidak ingin menyerah, saya tetap berusaha meyakinkan mereka, meski tampak raut wajah tidak yakin dengan apa yang saya ucapkan. Melihat reaksi keluarga saya yang mulai memercayai si doppelganger, membuat saya frustasi. Terlebih ketika si doppelanger mulai menyeringai, memperlihatkan senyuman kemenangan.

Apa yang membuat saya harus berusaha begitu keras untuk meyakinkan mereka, ialah karena salah satu dari kami harus dipenggal agar tidak ada lagi kesalah pahaman yang hidup. Keluarga saya mulai menentukan pilihan. Mereka memilih si doppelganger sebagai sosok saya yang asli. Pedang mulai diarahkan ke leher saya. Rasa sakit akibat irisan pedang mulai saya rasakan. Perlahan pedang itu mulai semakin dalam. Sampai ketika, tiba-tiba saja sosok yang menghunuskan pedang ke arah saya (Saya tidak bisa melihat siapa) malah melahap leher si doppelganger. Si doppelganger kemudian berteriak dan mengumpat karena tidak bisa mengelabui keluargaku dan akhirnya mati lalu menghilang begitu saja.

Saya merasa begitu lemas, memikirkan bagaimana nasib kepala saya yang hampir saja terpisah dari tubuhnya. 

Leher saya terluka dan mengalirkan darah. Meski tidak dalam, saya seolah merasakan sakit yang begitu dalam. Kemudian, saya diobati dengan perban. Karena luka ini, saya menjadi sulit untuk menoleh seperti ketika salah tidur. 

 

Ketika bangun dari tidur, hal pertama yang saya pikirkan adalah apa yang terjadi jika pedang itu benar-benar berhasil memenggal kepala saya?

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...