Soal
mimpi buruk yang sekali lagi menghampiri malamku...
Setelah
menonton film Perempuan Tanah Jahannam, saya cukup gelisah. Takut dan yakin
akan mengalami tidur yang tidak nyenyak. Mengapa? Karena saya terlalu
menghayati film itu. Saya kemudian bertanya-tanya mimpi yang mana akan
menghampiri malam ini. Sempat ingin mengalihkan pikiran dengan menonton anime
yang lebih ceria, namun adegan film Perempuan Tanah Jahannam terlalu
menghantui. Maka pasrahlah saya. Tidak mungkin juga saya tidak tidur, karena
hal sepele semacam ini. Lagian saya juga sudah sangat mengantuk.
Apa
yang saya takutkan terjadi...
Mimpi
itu berkisah mengenai diri saya dan diri saya yang lain. Saat itu, rumah dalam
keadaan mencekam, dan bingung. Keluarga saya bingung dan mulai mengira-ngira
apa sebenarnya yang terjadi kepada diri saya yang tiba-tiba menjadi dua orang.
Di antara kami ada yang asli dan ada yang doppelanger. Tentu saya
tahu yang mana dari kami yang asli, yaitu saya. Bukan doppelanger ini. Namun
bukan itu permasalahannya. Masalah yang sebenarnya saya hadapi adalah bagaimana
cara meyakinkan keluargaku bahwa saya adalah asli. Segala cara saya coba untuk
meyakinkan mereka. Namun, rupanya si doppelganger ini juga lihai dalam bermain
kata. Membuat semua orang menjadi pusing tujuh kepayang. Tidak ingin menyerah,
saya tetap berusaha meyakinkan mereka, meski tampak raut wajah tidak yakin
dengan apa yang saya ucapkan. Melihat reaksi keluarga saya yang mulai
memercayai si doppelganger, membuat saya frustasi. Terlebih ketika si doppelanger
mulai menyeringai, memperlihatkan senyuman kemenangan.
Apa
yang membuat saya harus berusaha begitu keras untuk meyakinkan mereka, ialah
karena salah satu dari kami harus dipenggal agar tidak ada lagi kesalah pahaman
yang hidup. Keluarga saya mulai menentukan pilihan. Mereka memilih si
doppelganger sebagai sosok saya yang asli. Pedang mulai diarahkan ke leher saya. Rasa sakit akibat irisan
pedang mulai saya rasakan. Perlahan pedang itu mulai semakin dalam. Sampai
ketika, tiba-tiba saja sosok yang menghunuskan pedang ke arah saya (Saya tidak
bisa melihat siapa) malah melahap leher si doppelganger. Si doppelganger kemudian
berteriak dan mengumpat karena tidak bisa mengelabui keluargaku dan akhirnya
mati lalu menghilang begitu saja.
Saya
merasa begitu lemas, memikirkan bagaimana nasib kepala saya yang hampir saja terpisah dari tubuhnya.
Leher
saya terluka dan mengalirkan darah. Meski tidak dalam, saya seolah merasakan
sakit yang begitu dalam. Kemudian, saya diobati dengan perban. Karena luka ini,
saya menjadi sulit untuk menoleh seperti ketika salah tidur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar