Minggu, 10 April 2022

Mari berlibur sejenak!

Di postingan terakhir, saya sempat berharap bahwa akhir bulan maretku di isi oleh kenangan yang berarti. Dan ajaibnya hal itu terjadi! Tepat pada tanggal 29 Maret 2022, Ainun mengajak saya untuk menemaninya meneliti di sebuah pulang bernama Barrang Caddi. Waahh.. kekuatan harapan benar-benar menakjubkan.

Setelah meminta ijin dengan sanak famili, saya pun berangkat ke dermaga. Sebelumnya saya sudah menanyakan beberapa hal, seperti menginap di mana, dan apa yang akan dilakukan. Kami akan menginap di salah satu rumah teman KKN Ainun, dan akan pulang esok paginya pada tanggal 31 Maret 2022. Selain saya, ternyata Ainun juga mengajak Azhimi, teman sekelas SMA kami juga. Tidak ingin merasa canggung, ia pun mengajak saya, karena ia juga tidak begitu akrab dengan teman KKN-nya ini. Kupikir saya akan membantunya meneliti, seperti ikut menanyakan beberapa hal atau apapun itu yang berhubungan dengan meneliti. Tapi nyatanya saya hanya sebagai penghibur. Tapi tak apalah, pulau tunggu aakuuu!

 

30 Maret 2022

Kami janjian bertemu di depan dermaga. Saya yang pertama kali sampai memutuskan untuk singgah membeli sikat gigi (Lupa bawa karena terlalu bersemangat) dan membeli botol air (Jangan dicontoh! tidak ramah lingkungan). Dari luar indomaret, saya bisa melihat orang-orang yang berdesak-desakan, baru kali ini saya melihat indomaret sangat penuh seperti ini. Tapi saya tetap masuk. Setelah mengambil barang yang ingin kubeli, saya pun menuju kasir. Rupanya yang menjadi penyebab indomaret ini begitu penuh sesak yaitu mesin kasir yang tidak bekerja secara optimal atau lebih tepatnya error. Saya pun mengantri. Tidak lama kemudian, orang di sebelah saya mulai berbisik soal mau mengambil barisan di sebelah saya yang sebenarnya saya mau di situ tapi tidak ingin menghalangi pintu sehingga saya bergeser sedikit. Si laki-laki menyuruh si perempuan ini untuk menerobos, tapi si perempuan bilang kalau ia tidak bisa karena terhalangi oleh saya. Saya yang mendengar percakapan mereka tidak ingin mengalah sedikitpun, dan tetap bergeming di tempat. Sempat si perempuan seperti ingin menyelip, tapi seketika saja saya balik dan menatap tajam ke arahnya, membuatnya mengurungkan niatnya. hehe. Tapi karena merasa terlalu lama mengantri, sayapun mengembalikan barang dan keluar dari indomaret. 

Saya beralih ke toko kelontong sebelah yang lebih sepi, dan segera menuju dermaga karena Ainun dan Azhimi sudah ada di sana. Setelah bertemu kami pun menunggu teman KKN Ainun, mari sebut dia N. Akhirnya N datang dan bersama kami pun menuju ke perahu. Sembari menunggu penumpang lain, kami mulai bercakap. Mengajukan beberapa pertanyaan terkait destinasi yang akan kita tuju. 


Barrang Caddi merupakan kampung halaman N. Barrang Caddi berupa pulau kecil, dan penduduknya sedikit. Di samping pulau Barrang Caddi terdapat pulau bernama Barrang Lompo yang memiliki wilayah lebih besar dan penduduk lebih banyak. Dalam bahasa Makassar, caddi berarti kecil, dan lompo berarti besar. Di samping kapal kami terdapat kapal menuju Barrang Lompo, ukurannya lebih besar. Untuk mencapai Barrang Caddi, kami hanya membutuhkan waktu satu jam. Kupikir tidak terlalu lama, mengingat sewaktu SMA saya pernah ke Kodingareng yang membutuhkan waktu dua jam. Perahu-perahu ini hanya memiliki satu tujuan, dan tidak bisa singgah-singgah ke pulau yang akan dilewati (tentu saja, inikan bukan pete-pete). Sehingga, orang-orang yang berada di perahu ini merupakan penduduk di pulau Barrang Caddi. Tidak heran jika mereka asyik mengobrol satu sama lain dan saling mengenali. 

Di tengah-tengah keriuhan perahu ini, masuklah perempuan yang di indomaret tadi. Rupanya ia penduduk di pulau ini. Kami sempat menukar pandang. Muncullah perasaan bersalah saya karena terlalu galak dengannya tadi. 

Cukup lama kami menunggu, akhirnya mesin kapal pun mulai berderu. Suaranya yang berisik, dapat membungkam mulut orang-orang di kapal ini. Kecuali kami bertiga yang masih asyik bertukar cerita dan lelucon, alhasil membuat kami harus sedikit berteriak agar suara terdengar dengan jelas. Kapal pun mulai berangkat, meninggalkan dermaga. 

Tak terasa satu jam perjalanan kami lalui dengan berbagai cerita, hingga akhirnya pulau yang ditujupun terlihat. Perasaan antusias segera menghampiri. Indahnya biru laut membuat kami berdecak kagum. Sayangnya, tidak jarang terlihat sampah yang mengapung-apung di air, hingga di pesisir pantai. Setelah kapal bersandar di dermaga Barrang Caddi, kami segera turun dan disambut dengan pemandangan desa kecil yang berwarna-warni. Sungguh elok dipandang, terlebih tidak ada sampah yang menumpuk seperti pemadangan di kota. Kami berjalan menyusuri lorong, diiringi dengan tatapan penasaran oleh warga sekitar. Setelah sampai rumah N, kami pun beristirahat sejenak. Lelah juga menempuh perjalanan melalui air. 

Tidak lama kamiduduk-duduk, hawa panas pun mulai terasa. Saya tidak begitu terkejut, mengingat kami berada di pulau. Namun, hawa panas ini membuat keringat di badan kami berhamburan keluar. N lalu keluar membawa cemilan, bersama dengan teh. Sempat kusentuh teh tersebut, berharap dingin menyambut, akan tetapi teh itu panas. Kuurungkan niatku untuk meminumnya. 

Setelah berbincang-bincang, ternyata pulau ini memang sangat kecil. Kita bisa mengelilingi pulau dengan berjalan kaki. Selain itu, semua bahan makanan di pulau ini berasal dari Makassar yang diantar oleh kapal, listrik yang mengandalkan tenaga surya karena tidak ada tempat untuk PLT dan penduduk di sini terlalu sedikit, sehingga mereka harus mengandalkan energi matahari. Hal ini membuat penduduk di Barrang Caddi hanya bisa menggunakan listrik pada waktu tertentu, yakni dari pukul 18.00 - 23.00. Di luar dari jam itu, listrik secara otomatis akan mati. Dengan penjelasan ini, terjawablah sudah mengapa kami disediakan teh panas :)

Tidak begitu lama kami istrihat, kami pun shalat dan bersiap untuk menemani Ainun wawancara penduduk. Kami diarahkan ke kantor lurah(?) terlebih dahulu, kemudian di antar ke rumah warga yang bisa diwawancara. Setelah itu, kami kembali ke rumah dan beristirahat sekali lagi. Oh ya, meski listrik tidak bisa digunakan saat siang hari, ternyata masih ada minuman dingin yang dijual, beruntungnya kami disambut dengan jus alpukat saat mewawancarai salah satu warga. Terima kasih!

Kami berencana untuk ke tepi pantai pada sore hari. Setelah cukup beristirahat, shalat ashar, dan makan kami pun bersiap untuk pergi ke pantai. Saat sampai di pantai, rupanya banyak penduduk yang menghabiskan waktu sorenya di sana, dari anak-anak hingga orang dewasa. Rasanya ingin sekali untuk berlari ke air mengingat hawa panas masih menari-nari. Namun, kuurungkan niatku karena celana yang kubawa hanya satu. Kami menghabiskan waktu menikmati pemandangan, bertukar cerita dan lebih banyak foto, hehe..

 



Tak terasa adzan magrib dikumandangkan, kami segera pulang. Sesampainya di rumah, kami diberikan cemilan lagi. Kami bertukar cerita, hingga tidak terasa waktu semakin larut. Merasa badan lengket, kami pun memutuskan untuk mandi secara bergantian. Setelah kami siap tidur, tiba-tiba Ainun mengusulkan untuk makan popmie. Makanlah kami meskipun sudah sikat gigi. Setelah makan kami segera tidur (betapa tidak sehatnya).

 

31 Maret 2022

Keesokan harinya, kami bangun untuk shalat subuh dalam keadaan gelap dan hanya mengandalkan senter lampu hp. Setelah mempersiapkan diri untuk pulang, kami disuguhi sarapan yang cukup unik. Sarapannya yaitu roti dengan isi kaya tapi berwarna merah muda. Dari segi rasa sih enak saja, namun belum akrab di lidah. Ohya, ketika matahari cukup menyinari, saya pun menyadari bahwa wajahku menjadi bengkak dikarenakan makan mie semalam, begitu pula ainun. Kami cukup menyesali keputusan memakan mie di larut malam:) Ketika waktu menunjukkan pukul 07.00, kami pun segera pamit. Kata N, kapal berangkat pada pukul 07.00, tapi karena jarak rumah N dan dermaga begitu dekat kami sangat santai sekali. 

Roti isi kaya berwarna pink dan teh hangat!

Ainun dan Azhimi di lorong menuju dermaga :D

Dermagaaa

Setelah sempat berfoto, kamipun naik ke kapal dan mengucapkan salam perpisahan kepada N. Semakin lama, kapal diisi oleh penduduk yang ingin ke Makassar. Bahkan ada beberapa anak yang masih pakaian sekolah naik ke kapal karena ingin ikut ke Makassar. Kami sempat disuguhkan kejadian menarik, ketika anak tersebut naik ke atas kapal, keluarganya kembali ke rumah, lalu di saat-saat terakhir ia melemparkan baju biasa kepada si anak agar tidak usah menggunakan seragam. 

Di perjalanan pulang, kami juga menghabiskan waktu untuk cerita (tolong jangan dihujat kalau banyak sekali cerita ta hahaha). Tidak terasa kami pun segera melihat dermaga. Setelah sampai, kami pun segera memesan ojol masing-masing.

Sekian liburan singkat kami :D

Senin, 28 Maret 2022

Apa yang terjadi di bulan Maret?

Bulan ini sepertinya tidak ada hal menarik yang terjadi. Rutinitas pagi hingga malam hampir sama dari hari ke hari. Bangun, kemudian beribadah, bersantai sedikit sebelum memulai kerjaan pagi (membersihkan tentu saja), lalu bersantai lagi (maaf jika terlalu banyak bersantai), mengerjakan tugas jika ada (maksudnya jika sudah hampir deadline hehe), memasak, makan, kemudian bersantai (maaf), lalu tidur hingga pukul 3 sore. Setelah bangun, bersiap untuk pergi berkeliling kota (paling ke kampus), ketika di luar rumah, saya biasanya pulang pukul 9 malam jika tidak terlalu hanyut dalam obrolan, kalau ya, saya bisa sampai jam 11 malam. hehe

Benar-benar Maret yang hitam putih dan tidak berwarna. 

 

Tak jarang, rasa sepi menghampiri, sekedar mengingatkan bahwa diriku sedang membutuhkan sosok 'support system'  (istilah saat ini). Waahh terima kasih sepi, karena selalu mengingatkan :D 

Meski demikian, saat ini saya senang berada di rumah. Mungkin karena dua saudara saya yang merantau, kembali untuk beberapa pekan ke depan. Setidaknya, di rumah bukan hanya diriku, umi, abi (abi lebih sering di luar daerah) nenek dan kakak sulungku. Nyatanya, kehadiran keluarga yang lengkap dapat membuat rumah lebih hidup (dan pekerjaan rumah menjadi lebih ringan wkwk).  

Perasaanku selama bulan Maret benar-benar tidak memberi kesan. Tidak ada perasaan yang sangat membahagiakan, maupun yang membuat terpuruk. Hanya kesibukan menjadi asisten, pengurus BKM, dan kesibukan rumah tangga. Tidak ada hal yang mengecewakan memang, cuman saya banyak berharap sisa bulan ini bisa membuat perut seperti dihidupi kupu-kupu. 

 

Oh ya, menyangkut kupu-kupu di perut, beberapa kali terjadi di bulan ini. Seperti kenyataan bahwa saya bisa melihat status WA seseorang, setelah banyak kali berpikir tidak mungkin kami saling menyimpan nomor. Kemudian, beberapa kali bertemu di kampus yang bisa membuat mood lebih baik, tergesa-gesa cari jaringan perkara statusnya yang bilang lagi menemani doi potong rambut, setelah ditelaah lebih jauh sosok tersebut adalah teman cowoku juga :D, hingga interaksi-interaksi kecil yang membuat perut tergelitik. yaa.. terima kasih!

Meskipun alasan melirik sosoknya yaitu mengobati luka hati dari orang lain, kehadiran dirinya dapat membuatku cepat pulih. Cara yang cepat dan tepat memang, melupakan orang lain adalah mengenal orang baru. Maaf karena hal ini, dan terima kasih sekali lagi! 

 

 

 

p.s mungkin salah satu bulan Maret ini bisa berwarna adalah berinteraksi denganmu hehe, tengs dah hidup.

 


Senin, 28 Februari 2022

Doppelganger



Pagi ini akan dibuka dengan janji saya di postingan sebelumnya..

Soal mimpi buruk yang sekali lagi menghampiri malamku...

 

Setelah menonton film Perempuan Tanah Jahannam, saya cukup gelisah. Takut dan yakin akan mengalami tidur yang tidak nyenyak. Mengapa? Karena saya terlalu menghayati film itu. Saya kemudian bertanya-tanya mimpi yang mana akan menghampiri malam ini. Sempat ingin mengalihkan pikiran dengan menonton anime yang lebih ceria, namun adegan film Perempuan Tanah Jahannam terlalu menghantui. Maka pasrahlah saya. Tidak mungkin juga saya tidak tidur, karena hal sepele semacam ini. Lagian saya juga sudah sangat mengantuk.

Apa yang saya takutkan terjadi...

 

Seni dalam Memenggal


[ DISCLAIMER!!! ]

[ TULISAN INI BERISI SPOILER ]

 

Selamat malam...

Saya ingin menceritakan pandangan saya mengenai salah satu film Indonesia dengan bergenre horror, meskipun sebenarnya lebih ke thriller sii..

Oke.. Film ini merupakan satu-satunya film Indonesia yang bisa membuat bulu kudukku menari-nari hingga bermimpi buruk. Bukannya tidak mengapresiasi film buatan dari negeri sendiri, namun terkadang saya masih kurang srek dengan film Indonesia, terutama film Indonesia bergenre horror dan romansa. Mengapa? Yah tidak jauh-jauh dari pengalaman nonton saya yang kurang menyenangkan ketika kecil. Dahulu, film horror Indonesia selalu memasukkan unsur-unsur pornografi ringan, seperti pakaian yang dikenakan oleh pemeran perempuannya terlalu terbuka, hingga candaan-candaan yang mengandung seksual sering kali saya dapatkan di dunia perfilaman horror Indonesia. Unsur-unsur tersebut membuat saya yang ingin fokus dengan jalan cerita, malah menjadi tidak nyaman. Selain itu, sosok hantu yang kerap kali digambarkan sangat menjijikkan, membuat saya merasa mual. Hal tersebut membuat saya lebih memilih film horror dari negeri barat yang bisa menghasilkan film tanpa unsur pornografi maupun memiliki hantu dengan tampang yang tidak begitu hancur. 

Mungkin film Indonesia yang saya nonton bisa dihitung jari...

Akan tetapi, baru saja saya menonton satu film yang dirilis pada tahun 2019. Film ini cukup membuat saya berdebar dari awal hingga akhir film. Bukannya ingin membanggakan diri atau semacamnya, tetapi saya cukup percaya diri jika menonton film horror, saking sukanya dan sudah terlalu banyak film horror yang saya nonton. 

Sabtu, 26 Februari 2022

Mimpi Bukan?


Hai! 

Sekarang sudah pukul 12.00 am, dan sebelum tidur saya mau cerita sedikit tentang mimpi beberapa minggu lalu. 

Jadi sekitar awal bulan sampai pertengahan bulan Februari, saya sangat banyak menerima informasi mengenai hal-hal yang berbau horror. Yah, mungkin karena saya memang sangat tertarik dengan tema itu, saya seolah ketagihan untuk terus mengais cerita-cerita horror. Tidak jarang saya menceritakan sendiri kisah horror yang saya alami, ada juga yang saya baca di twitter, bahkan cerita dari teman sepermainan saya lahap begitu beringasnya. Hingga sampai di titik saya merasa harus berhenti sejenak dalam mengonsumsi topik horror. 

Malam itu, merupakan malam kesekian kalinya saya mendengar podcast horror yang tempo hari saya buat saat pergi camping ceria. Bukan karena ingin mendengar ceritanya kembali, melainkan saya ingin membuat subtitle di video youtube agar orang-orang bisa lebih mudah menyimak podcast yang telah saya buat. Karena badan yang sudah jompo ini menuntut untuk beristirahat, maka beristirahatlah saya. Ketika melihat waktu ternyata masih pukul sebelasan, saya mencoba membuka twitter dan mencari bacaan untuk tidur. Setelah menemukan bacaan yang menarik (Tentunya berbau horror💀💀), saya mulai membaca hingga ketiduran. 

Malam itu saya bermimpi cukup aneh...

Sabtu, 19 Februari 2022

Apa yang Terjadi di Satu Bulan Terakhir?


Apa yang terjadi di satu bulan terakhir ini benar-benar beragam. Rasanya seperti naik roller coster. Kesibukan yang saya lakukan benar-benar membuat rumah hanya sebagai tempat untuk tidur.

Baik, saya akan mencoba mengingat kembali apa yang sebanarnya terjadi di satu bulan terakhir ini.

Mari saya mulai dari kegiatan Slayer Merah Bersama (SMB). Jadi perlu saya jelaskan sedikit, di M (Nama organisasi saya) krisis akan slayer merah, sehingga kami dari pengurus memutuskan untuk membuat tim agar dapat memperbanyak SDM slayer merah sekaligus memperbaiki sistem pengambilan nomor. Saya pun dipercayakan untuk turut andil dalam tim ini, mungkin dikarenakan saya merupakan slayer merah yang paling muda dan satu-satunya di angkatanku. Awalnya saya tidak mengira bahwa menjadi bagian dari perumus SMB, akan begitu berat seperti ini. Banyak sekali yang mesti dipersiapkan. Beberapa kali saya dan anggota tim lain berdiskusi, berdiskusi, dan berdiskusi. Hingga akhirnya, kami menemukan titik terang. Koloni yang masih slayer ungu akan mengikuti SMB dengan dua cara, satu membuat essai dan satunya lagi melakukan ekspedisi. Untuk essai sebenarnya tidak begitu ruyam, yang bikin kepala saya pusing tujuh keliling tentu saja tim yang akan melakukan ekspedisi. Bagaimana tidak, sehari sebelum keberangkatan berbagai permasalahan muncul satu persatu.

Selasa, 18 Januari 2022

Liburan Berkedok Study Tour :D

 

Kelas 2 SMA memang menyenangkan, apalagi ketika menyangkut liburan berkedok study tour :D di sekolahku dulu setiap kelas 2, kami akan ditawarkan untuk pergi study tour ke salah satu wilayah di Sulawesi Selatan yang kaya akan budaya. Pergi ke daerah lain bersama teman pasti menyenangkan, apalagi rombongan. Selalu ada kisah-kisah menarik yang dapat dikenang seiring berjalannya waktu.

Tahun 2017, saya dan sebagian besar teman kelas mengikuti study tour di Toraja. Kami sangat bersemangat semenjak hari pertama keberangkatan. Di dalam bus kami melakukan banyak aktivitas yang beragam. Bernyanyi tentu saja sudah menjadi hal wajib, mengolok-olok satu sama lain, dan berbagai macam yang sulit dideskripsikan satu-satu. Rasanya 12 jam perjalanan menjadi sangat singkat.

Kami yang berangkat pagi, baru tiba di penginapan sekitar tengah malam. Saat itu Desember, sehingga nuansa natal begitu terasa di Toraja. Ketika sampai di penginapan, Guru sejarah yang menjadi koordinator study tour kala itu telah membagi-bagi kamar sesuai nomor urut absen. Saya yang mempunyai huruf awal S harus menerima kenyataan bahwa akan tidur di kamar kelas lain. Awalnya saya mencoba menerima kenyataan, namun dikarenakan kegiatan ini semi liburan dan sangat disayangkan apabila kita tidak menghabiskan waktu dengan teman-teman sepergaulan. Sehingga saya dan teman saya yang menjadi korban absen terakhir, memilih untuk minggat ke kamar lain yang berisi teman-teman sekelas.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...