Aku dan Tebing 45 [ Kilas Balik Stratosfer ]

Sebagai seorang yang berkecimpung dalam dunia mapala, tentu melakukan kegiatan seperti panjat tebing juga kami lakukan. Mari mengingat peristiwa yang membuat saya menolak mentah-mentah kegiatan panjat tebing. Oh ya, meski punya kenangan yang cukup gelap dengan panjat tebing, namun jika saya menceritakan kembali peristiwa itu, yaa lumayan kocak lah (?)

Oke, sebagai anggota baru, tentu kami diperkenalkan dengan berbagai kegiatan alam, salah satunya adalah panjat tebing. Sebelum turun lapangan, kami olahraga terlebih dahulu untuk memanaskan otot-otot yang sudah loyo ini. Sayangnya, saya tidak bisa benar-benar mengikuti rangkaian persiapannya, dikarenakan tiba-tiba saja tubuh saya panas dan mulai bentol-bentol dan akhirnya membengkak di wajah. Entah apa yang terjadi, telah banyak spekulasi yang terpikirkan, namun tidak ada yang benar-benar pasti penyebabnya. Saya pun harus pulang dan beristirahat. Karena kondisi yang sedang tidak prima, membuat saya juga tidak dapat mencoba latihan wall. 

Keesokan harinya, setelah beristirahat cukup, saya pun bisa mengikuti turun lapangan bersama yang lain. Cukup lama kami menunggu. Janjian pagi, namun banyak sekali halangan dan rintangan. Alhasil, kami berangkat saat matahari bersinar dengan sangat teriknya. Kami pun menuju lokasi dan sampai sore, bahkan matahari sudah mulai terbenam. Kami melakukan sosialisasi penduduk dan menunpang shalat terlebih dahulu. Setelah itu, kami pun menuju lokasi. 

Saat di lokasi, entah mengapa vibes kegiatan ini sudah sangat tidak menyenangkan. Terlalu banyak energi negatif yang dibawa oleh masing-masing individu. Tapi, bagaimanapun juga, kegiatan harus tetap berjalan. Malam harinya, kami sempat latihan boulder di tebing. Saya yang sama sekali belum pernah mencoba memanjat, merasa tertantang. Bertahan di tebing dengan mengandalkan tangan dan kaki terlihat menyenangkan. Saya pun tidak sabar untuk esok harinya :D

.....

postingan ini entah mengapa berakhir begitu saja (saya menulis ini pada tahun 2022). Bahkan saya pun mulai lupa kenapa menghentikan cerita begitu saja, sampai ke intinya saja pun belum! Yah saya akan melanjutkan sedikit :

Esok harinya saya pun memanjat tebing, sayangnya saya mengalami trouble. Di mana teman saya yang bertugas menjadi belayer tidak menjalankan tugas dengan semestinya. Alhasil, saya yang tiba-tiba tidak sanggup memegang tebing, berputar di langit, kemudian menghantam tebing.

Sakit sekali.

Saya sempat tidak sadarkan diri, meski mendengar hiruk piruk orang-orang. Namun, saya tidak bisa membuka mata. Oh ya, fyi saya tidak memakai helmet, sebuah kesalahan besar wkwk.

Setelah itu, saya tidak melanjutkan panjat tebing, dan disuruh istirahat dengan kepala sakit sekali. Diperjalan pulang, saya dipasangkan dengan sosok tamu yang merupakan kenalan salah satu senior. Entah mengapa saat itu saya dipasangkan dengan blio. Yang kuingat adalah caranya membawa motor sangat ugal-ugalan, membuat kepalaku rasanya ingin meledak. Saya hanya bisa menahan diri tidak menghantap pala orang tersebut. Sungguh menjengkelkan.

Saat sampai rumah, saya istrahat selama seminggu. Cukup bikin geger karena teman-teman kampus mengira saya lupa ingatan. Geger otak = lupa ingatan. Begitulah.