Minggu, 29 Januari 2023

Halo, dek! °˖✧◝(⁰▿⁰)◜✧˖°


 Kejadian ini menurutku cukup patut dikenang dikarenakan bercampur aduknya perasaaan saya saat itu..

Jadi, beberapa hari yang lalu, saya menemani oci ke tempat tongkrongan seniornya dikarenakan akan membahas sesuatu yang penting. Ke sana lah kami yang pada saat itu juga hujan deras. Setelah beberapa saat kami di sana, Oci dan beberapa seniornya pergi ke rumah juniornya, saya pun ikut. Kali ini kami naik mobil dikarena hujan yang deras. Saya ikut juga. Namun, karena merasa kurang enak jika ke sana dan saya tidak ada hubungan apa-apa dengan junior tsb (karena yahh adalah sesuatu yang belum bisa diceritakan), maka saya mengatakan kepada Oci, kalau mau ke masjid saja, sekalian shalat isya. Sesaat sampai di rumah junior tsb, saya dipinjam kan motor dan mantel untuk pergi ke masjid. Karena sebelumnya saya sudah pernah ke sini dan ke masjid dekat sini, saya pun pede-pede saja menancapkan gas. Di tengah derasnya hujan, saya berusaha mengingat jalan yang benar. Hingga akhirnya, sampailah saya ke masjid itu. Sayangnya, gerbang masjidnya tutup. Dalam hati sempat mempertanyakan mengapa masjid ditutup? Tapi yah mau bagaimana lagi, saya juga tidak bisa menerobos masuk. Saya pun kembali ke rumah junior oci. Sampai di sana, saya bingung antara mau masuk dan tidak. Namun, karena yakin akan pulang larut malam dan sudah pasti akan langsung tidur, saya pun memutuskan untuk mencari masjid lain. 

Di tengah derasnya hujan, saya mulai mencari masjid. Hingga akhirnya keluar kompleks, melintasi jalan poros. Tidak jauh dari gerbang kompleks, saya melihat masjid. Saya pun mencari jalan masuknya. Dan ternyata, masjid tersebut merupakan masjid TNI. Saya mulai ragu untuk masuk ke dalam karena mesti masuk ke pangkalan TNI. Namun, di mana lagi saya harus mencari masjid?

Sabtu, 21 Januari 2023

2023


2023

Selamat tahun baru! (o´▽`o)

Meski telat karena ini sudah hari ke-21 di bulan Januari, tapi tak mengapa.. hohoho

Ahh.. 2023.. bertambah lagi setahun. Semua terasa menjadi tua (termasuk saya yang sebentar lagi berumur seperempat abad!). Banyak sekali harapan untuk tahun ini. Kecemasan pun tidak lupa hadir. Mungkin tahun ini ada beberapa beban yang terlepas, namun tentu akan digantikan dengan yang baru. Tahun ini saya akan lulus kuliah. Setelah menjalani lima tahun menjadi donatur kampus (Semester ini tetap bayar UKT huhu), saya mesti mempersiapkan diri untuk menjadi masyarakat pada umumnya. Yah.. bekerja. Uh! sulit sekali rasanya terjun di dunia tersebut. Bisa tidak sih menjadi kaya raya dengan punggung tetap di kasur? 

Lulus kuliah menjadi salah satu targetku di awal tahun ini (setelah gagal dicapai pada tahun sebelumnya wkwk). Yah bukan karena tidak ingin mengerjakan skripsi lebih cepat, hanya saja sepertinya saya sedang mengalami mid-life crisis (pembelaan (; ̄Д ̄) ). huhuhu rasanya semua yang dilakukan tidak benar..

(topik berikutnya)

Selain lulus kuliah, dan menjadi kaya raya [̲̅$̲̅(̲̅ ͡° ͜ʖ ͡°̲̅)̲̅$̲̅] , sepertinya di tahun ini tidak ada lagi harapan yang menunjang masa depan lainnya. 

 Meski awal tahun ini cukup disambut dengan sedikit kesialan, selalu saja ada hal baik di dalamnya... bukan menghibur diri, hanya saja benar adanya. Hal buruk menjadi buruk jika kita memandang buruk. Benar bukan?


.

.

.

.

.

.

.

.

Saya tahu ini sudah sangat-sangat terlambat. Tapi tetap akan ku posting meski sekarang sudah tahun 2025 wkwkwkk (( tidak menerima kritikan ))

Seminar Proposal yang Membagongkan

 Hai!

Mungkin kisah ini bisa saja masuk di postingan Apa yang terjadi di bulan Desember. Tapi sepertinya saya akan membuatkan postingan tersendiri, mengingat kisah ini cukup penting.

Okei

Bulan Desember adalah bulan perjuangan. Yah tidak juga sih... karena sejak November saya mulai serius kembali bergelut bersama skripsi. Setalah mengurus di ini-itu, saya pun mendapatkan jadwal seminar proposal di awal Desember, tepatnya pada 7 Desember 2022. Perasaan sempro sudah di depan mata tidak dapat digambarkan dengan detail. Cemas, tentu saja menghampiri, cuma masih bisa diatasi dengan bermain the Sims. Yah.. entah karena terlalu santai, draft yang seharusnya mesti kusebar seminggu sebelum sempro tidak terlaksana. Hari Jum'at undangan dan draft saya bagikan di penguji, padahal hari Rabu saya sudah sempro D: karena keterlambatan tersebut, sempat membuatku sedikit panik. Namun, sekali lagi masih bisa diatasi.

Singkat cerita, hari Rabu pagi saya sudah mulai melatih diri lagi, dan mempersiapkan diri. Namun, karena sempro saya mulai pada 14.30 WITA, saya pun mulai bosan menunggu dan memutuskan untuk tidur siang sejenak. Setelah dzuhur, saya mulai berbaring dan memejamkan mata... akan tetapi tersentak bangun karena ingat saya belum mengingatkan penguji saya mengenai sempro saya hari ini, padahal seharusnya saya mesti mengabari mereka sehari sebelumnya...

Dengan panik saya mulai menyusun kalimat dan mengabari para penguji dan pembimbing. Respon yang diberikan positif, kecuali salah satu penguji yang juga PA saya. Beliau protes mengapa tidak dikabari dari kemarin, saya hanya bisa meminta maaf. Kemudian, beliau pun meminta saya untuk mulai 10 menit kemudian dan diminta untuk ke kampus. Panik. Itu yang pertama kali saya rasakan. Bagaimana mungkin saya tidak panik ketika saya sendiri belum siap secara penampilan? Baju masih daster, dan belum mandi pula. Saking paniknya saya tidak langsung bergerak. Berdiam diri, mencoba mencerna apa yang terjadi. Saya mencoba bernegoisasi untuk presentasi di rumah, dan alhamdulillah diterima :D Setelah menyadari situasi ini, saya mulai menjernihkan otak dengan mandi. 

Singkat cerita, saya sudah siap untuk presentasi, meski secara mental belum. Untung saja, waktu yang diberikan lewat dari 10 menit. Saya pun masuk ke zoom dan menunggu beberapa saat sebelum beliau join juga. Saya langsung ditanya ini itu tanpa presentasi, membuat saya sedikit amburadul. Bahkan di tengah serangan pertanyaan itu, beberapa teman sudah mulai berdatangan untuk memberi semangat. Setelah diberi pertanyaan ini itu, saya pun hanya pasrah dan menerima sebagai saran (Jalan keluar paling ampuh jika tidak mampu menjawab sesuai keinginan penguji). 

Setelah puas memberikan pertanyaan dan saran, saya kemudian bersiap untuk masuk ke sempro sesungguhnya. Uniknya, perasaan panik saya yang sedari tadi menggerogoti hilang begitu saja. Saya bisa presentasi dengan baik dan menjawab dengan baik pula (Menurutku yah). Para penguji dan pembimbing juga lebih santai dan tidak terlalu menekan saya, bahkan diakhir sempro kami sempat tertawa dikarenakan banyak teman yang hadir mendukung saya. Setelah semua orang keluar dari zoom, saya pun bersorak dan merasa sangat lega.

Namun, hari sempro ku tidak berakhir begitu saja. Kami mulai berfoto bersama. Agenda rutin yang tidak boleh terlewatkan. Rasanya senang sekali bisa melewati salah satu tahap untuk berakhir menjadi lulusan fakultas.Yah meskipun senang sempro telah usai, ada perasaan sedih karena orang yang kutunggu tidak sempat hadir :( 

Jumat, 23 Desember 2022

Mari masuk, para pelanggan buku!


Saya akan sedikit bercerita mengenai kejadian yang kerap kali terjadi ketika saya sedang berbakti.

Kisah pertama tentu yang baru saja terjadi.

Hari ini, Umi pergi ke Soppeng, Abi dan adikku pergi ke Bantaeng. Tersisalah kami para putri di rumah. Biasanya, kalau umi dan abi tidak ada, toko akan ditutup, karena saya pribadi takut jaga toko sendiri, apalagi di sekitar rumah tidak jarang bernuansa Texas. Namun, karena saat ini ada kakak kedua saya, kami pun bergantian jaga toko. Sore hari, masuklah satu orang pengunjung. Dari penampilannya, terlihat seperti mahasiswa tahun awal. Ia mencari buku filsafat. Saya yang lumayan paham letak-letak buku pun menyodorkan beberapa pilihan. Ternyata, dia mencari satu buku yang spesifik (Kenapa tidak bilang dari tadi?:D). Buku yang tidak familiar membuat saya mesti meminta pertolongan kepada umi. Saya pun berniat mengambil hp di dalam rumah dan memintanya tunggu sebentar. Saya sedikit berlari kecil. Bukan tanpa alasan, melainkan salah satu kekhawatiran saya jika mengatakan tunggu kepada pengunjung, yaitu ketika orang tsb mengikuti saya masuk ke dalam rumah. Ya.. bisa dibayangkan bagaimana kecanggungan dapat tercipta begitu saja. Kekhawatiranku ini juga berdasarkan pengalaman...

Saya pun segera masuk, dan berhasil membuat pelanggan itu tidak mengikuti saya masuk ke rumah. Saya kemudian mengambil hp dan menelpon bala bantuan, menanyakan perihal buku yang dia cari. Stoknya ternyata kosong. Si Pelanggan pun mulai melihat buku-buku lain, dan menemukan satu buku. Ia kemudian menanyakan perihal harga. Saya mencoba mengecek belakang buku. wagadaw.. tidak ada harganya. Saya kemudian menelpon umi sekali lagi. Sayangnya, umi juga ragu berapa harga buku tersebut, dan mengatakan akan mengecek di web dulu. Saya pun meminta si Pelanggan untuk menunggu sekali lagi. Cukup lama waktu berselang, saya pun chat umi, menanyakan apa sudah dapat atau belum. Ternyata umi mendapat dua harga berbeda, dan akan menelaah harga lebih jauh. Saya mulai mencuri pandang ke calon pembeli. Ia tengah asik melihat-lihat buku lain. Agak lama menunggu, umi masih belum mendapatkan harga yang pas, dan akan menelpon toko buku lain mengenai harga buku ini (Ya.. sulit dijelaskan mengenai hal ini). Saya pun melirik sedikit ke si Pelanggan. Dia tidak lagi melihat-lihat buku, akan tetapi hanya memandang saya, menunggu jawaban. Seketika rasa panik pun menggerogoti, saya merasa terbebani dengan tatapan si doi. Sayapun mencoba menghubungi umi sekali lagi. Ternyata, pemilik toko buku yang ditempati bertanya tidak aktif (cry). Akhirnya, umi pun memutuskan untuk memilih salah satu harga. Segera saya memberitahu info ini kepada calon pembeli. Setelah mengetahui harganya, ia pun memutuskan untuk membeli buku tersebut.

Yah.. harapanku, semoga pelanggan tersebut masih ingin berbelanja di toko kami, meski pelayanannya cukup memakan waktu D:

Apa yang terjadi di bulan Juli?

 Setelah bulan sebelumnya saya sempat menceritakan mengenai seseorang, bulan Juli juga merupakan bulan di mana saya menyadari kehadiran seseorang lain. 

Awal mengenalnya cukup unik, dan terjadi sekitar semester 4 (Sekarang saya semester 9 :D (masuk 10)). Semester 4 merupakan semester yang cukup rumit, dikarenakan banyak mata kuliah yang membuat geleng-geleng kepala. Salah satu mata kuliah yang membuat saya cukup mempertanyakan mengapa mengambil jurusan psikologi, yaitu mata kuliah psikometri lanjut. Tugas akhir dari mata kuliah ini meminta mahasiswa untuk mencari 100 responden untuk mengisi skala. 100 responden di kota Makassar mungkin terdengar sedikit, apalagi jika kamu lahir dan besar di sini. Akan tetapi, saya juga cukup sulit untuk menemukan orang yang mau mengisi banyak pertanyaan membosankan, dan terlebih lagi, responden antar mahasiswa tidak boleh sama :D

Untuk mengatasi motivasi orang-orang yang tidak mau mengisi skalaku, saya menghadiahkan responden yang beruntung pulsa 50k. Setelah menyebar sana-sini, dan meminta tolong berbagai teman untuk mengisinya, sayapun akhirnya bisa mendapatkan responden sebanyak 100 orang. Saya pun mengolah data dan menyelesaikan tugas akhir, tidak lupa untuk mengundi responden yang beruntung. Kutemukanlah sosok beruntung itu, yang di kemudian hari akan membuat hariku seberuntung dirinya. 

Namanya asing. Bukan salah satu dari teman atau sekedar kenalanku. Setelah melihat identitasnya, ternyata dia merupakan teman dari teman SMP-ku. Kuhubungilah teman SMP-ku, menanyakan apa benar orang yang beruntung ini merupakan temannya. Ternyata benar. Setelah mendapat konfirmasi, saya pun segera menghubunginya. Memperkenalkan diri dan tidak lupa berterima kasih telah mengisi skalaku. Kesan pertama chat dengannya adalah sangat dingin. Padahal saya sudah mencoba untuk seceria mungkin. Yah, tanpa basa-basi, saya pun segera mengirim pulsa dan selesai sudah percakapan kami. 

Beberapa saat kemudian, orang yang bernama sama lewat di rekomdasi follow ig-ku. Ku coba lihat profilnya. Terkunci. Tapi di bionya sudah terpasang nama seorang perempuan. Saya pun tidak jadi mem-follownya. Jika ditanya kenapa tidak follow hanya karena seorang nama perempuan di bionya, saya hanya akan menjawab... yah untuk lebih menghargai orang yang sudah punya pasangan saja. 

Beberapa lama kemudian, saya sedang mengedit ucapan selamat atas terpilihnya ketua di salah satu mapala. Namanya tidak asing. Namun, wajahnya sama sekali tidak kukenali. Karena tidak begitu ingin tahu, saya pun tidak mencari tahu. Beberapa bulan kemudian, orang beruntung tersebut lewat kembali di rekomendasi follow ig. Dalam hati saya mengatakan, namanya tidak asing. Ku coba cek profilnya, dan saya pun mengingat orang beruntung tersebut. Kali ini tidak ada lagi nama perempuan yang nangkring di bionya, melainkan id mapala yang dimasukinya. Saya pun mengklik tombol follow, karena sesama anak mapala. 

Tidak lama kemudian, sg orang tersebut muncul. Dan entah dari mana perasaan sokabku berasal, saya pun membalas storynya, mengatakan bahwa masih ingatkah dia dengan skala yg diisinya. Ternyata masih. Dia kemudian mengenaliku sebagai anak mapala juga, mungkin dilihat dari beberapa postingan dan orang yang mengikutiku di ig. Semenjak itulah, kerap kali kami membalas story satu sama lain, namun tidak pernah bertatap wajah secara langsung. 

Hingga sampai di mana saya mesti ke sekret mapalanya untuk meminjam alat. Di situ saat kami bertemu langsung. Kesan awal yang muncul adalah seram. Meski sudah ada gambaran dari beberapa foto, melihatnya secara langsung membuatku cukup tertegun. Mungikin karena aura sebagai ketua dan anak teknik yang dipancarkannya, membuatku sedikit berbicara. Namun, setelah pertemuan itu, dia lebih sering melancarkan 'aksi'. 

Singkat cerita, di bulan Juli, saya dan beberapa teman ingin mendaki namun hanya perempuan saja. Cukup beresiko memang, akan tetapi kami enggan untuk mengajak laki-laki, terutama yang dari mapala kami. Banyak alasan, dan tidak patut untuk disampaikan satu-satu (YTTW). Setelah berbagai macam pertimbangan, kami pun memutuskan untuk mengajak laki-laki tapi bukan dari mapala kami. Salah satunya adalah Dia yang beruntung. Setelah pendakian itu, saya mulai menyadari kehadiran dia yang beruntung.

Bulan Juli mungkin akan menjadi bulan yang cukup berkesan, karena banyak hal bahagia yang terjadi. Jika ingin dipaparkan satu persatu mungkin akan menghabiskan banyak waktu dan tenaga untuk menceritakannya :D


UPDATE-AN TERBARU : SAYA DISELINGKUHI GAES, TERNYATA BLIO LELAKI KARDUS AWIKWOK

Kamis, 02 Juni 2022

Jalan Setapak

Hari ini suasana hatiku serasa terombang-ambing.

Entah karena berbagai tekanan dan tanggung jawab yang mesti diselesaikan dalam kurun waktu dekat, atau hal abstrak lainnya. Berat rasanya seperti ini. Beberapa kali saya mencoba mengingat alasan, mengapa begitu banyak tanggung jawab yang kupikul dengan sukarela? 

Pagi yang sedikit tidak bersemangat, sepertinya awal mula dari hari yang kelabu. Hingga pergantian hari, saya masih sibuk mencari kebahagiaan kecil. Sekedar sebagai penghibur semata. Sayangnya, kebahagiaan dan kesedihan kecilku bersumber pada satu objek yang sama. Jikalau ingin mencari kebahagiaan sederhana itu, harus dibayar pula dengan kesedihan. Sudikah diriku? 

Ha... sangat bimbang.  

Satu hal yang saat ini terus menari di kepalaku adalah apakah keputusan tempo hari yang kuambil dengan gagah berani, justru menimbulkan naas bagiku sendiri? Ingin rasanya mengetahui apa yang kau pikirkan tentang diriku. Sudah lama kutak frustasi memikirkan jalan pikiran orang lain. Setiap langkah yang ketempuh menuju dirimu, serasa semakin berat. Takut akan kehadiranku membuat harimu kelabu. 

Ingin rasanya membagikan kegundahanku hari ini. Namun, diriku serasa bertaruh. Apakah akan mendapatkan rasa senang, ataukah hanya menumpuk kesedihan.

Bertaruh.

Sekarang saya sedang bertaruh. Bagai melawan langit abu-abu. Jikalau gagal akan menimbulkan badai. Jikalau berhasil akan menimbulkan pelangi. Ah.. kuharap pelangi yang akan muncul. Begitupula denganmu. Biarkan pelangi mengiringi jalanmu. Kalau bisa, setapak yang kau lalui itu mengarah pondokku. Akan kususun batu sebagai petunjuk agar kau tak tersesat. Kemudian, akan kusambut kau di depan pintu dengan senyum terbaik. Mari berdiam diri di dalam pondok sejenak. Sekedar bertukar cerita dan perasaan. Jika nyaman, kau bisa tinggal. Akan kusediakan ruang untukmu. 

Namun... jika hendak pergi, tolong bawa payung ini. Meski kuharap, kau tak bertemu dengan badai. Jika kelak kau bertemu dengan sang badai, kembalilah ke pondokku. Akan kusediakan selimut dan cokelat panas yang dapat membuat kelabu pergi. Konon, kelabu tidak suka pada kehangatan. Sebab dia pun sedang mencarinya, namun tak kunjung bertemu.  


Minggu, 10 April 2022

Awal Mula [ Kilas Balik Stratosfer ]


Kemarin, saya pergi ke Maros untuk melakukan ceklok. Saya berboncengan bersama salah satu adik. Di perjalanan, saya banyak bercerita mengenai kehidupan saya selama menjadi mapala. Yaa.. seketika saja, rasa ingin berbagi di bonjour pun muncul. Sehingga, saat ini dan kedepannya, saya akan menyicil untuk menceritakan kehidupan saya sebagai seorang Stratosfer.  

Untuk cerita pertama yang akan saya pilih mungkin ketika saya pengkaderan. 

 

Sebagai pengantar cerita, saya akan menjelaskan sedikit terlebih dahulu. Jadi, saya memang sangat tertarik dengan kegiatan outdoor, bisa dibilang sejak kecil saya sangat menyukai bermalam di tenda. Waktu SD saya mengikuti pramuka, sayangnya ketika SMP dan SMA saya tidak dapat melanjutkannya karena berbagai hal. Ketika memasuki dunia kampus, saya diperkenalkan dengan salah satu mapala kampus yang tentu saja namanya sudah tidak asing untuk kebanyakan orang. Saat perkenalan organisasi kampus di masa orientasi, saya sangat bertekad untuk memasuki mapala tersebut. 

Sayangnya, niat tersebut beralih ke hal lain. Saat orientasi fakultas, saya diperkenalkan dengan mapala fakultas. Sebelum memperkenalkan diri, mereka berkumpul untuk melakukan yel-yel (pikir saya kala itu). Dengan slayer di pundak, membuat mereka terlihat begitu keren. Singkat cerita, saya pun lebih memilih untuk memasuki mapala fakultas daripada kampus. 

 

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...