Masih segar di kepala saat pertama kalinya saya menginjakkan kaki di fakultas mengenai kejiwaan ini. Baju hitam putih, jilbab hitam, sepatu hitam, dan almamater jingga terang yang serupa dengan risol. Jika bisa dikatakan dengan jelas, saya sebenarnya masih rela tidak rela diterima di universitas ini. Meski termasuk kampus yang unggul di provinsi, saya masih kurang menerima kenyataan bahwa saya bagian dari kampus ini. Perasaan yang kurasakan cukup sulit untuk dijabarkan. Image mengenai kampus ini bagus-tidak bagus. Mungkin perasaan ini hanya bisa dirasakan oleh mereka yang pernah merasakan di 'perahu' yang sama.
Meskipun demikian, tak usahlah saya menjelaskan mengenai sisi terang maupun gelap kampus ini. Saya hanya ingin menceritakan (( sebelum akhirnya lupa di masa yang akan datang )) mengenai sisa kenangan mengenai almamater ini.
Tahun 2018 merupakan tahun saya resmi menjadi mahasiswi. Saat menulis ini, november tahun 2023 sedang berlangsung dan hujan yang masih malu-malu untuk menunjukkan taringnya. Tidak bisa kupungkiri, lima tahun saya menghabiskan waktu bergelut dalam bidang ini. Apa yang kurasa? Stress tentu saja! Jadi tolong simpan hujatan kalian di dalam hati, karena masing-masing mempunyai prosesnya (( sedang membela diri )).
Saat menjadi mahasiswi untuk pertama kalinya, saya merasa orang-orang yang tidak lagi memakai format baju : jilbab hitam-putih/batik/biru muda/merah maroon/ navy (( YTTA ), rok hitam, sepatu pantofel, dan almamater kebanggaan merupakan sosok yang 'sepuh'. Seperti kehidupan mahasiswa baru pada umumnya di tahun itu, kami banyak menghabiskan waktu untuk pengumpulan bersama DIKLAT BEM untuk membahas aturan ataupun hanya sekedar membangun kelekatan sesama teman seangkatan. Saya yang merupakan sosok yang tidak pernah lepas oleh organisasi dari SD, tentu terima-terima saja pengumpulan ini. Yah meskipun juga merasakan jenuh, tapi saya cukup senang membangun keakraban dengan orang lain. Sehingga, saya dapat terhitung aktif dalam mengikuti kegiatan yang dilaksanakan kampus. Menurutku, kegiatan kampus sangat menarik meskipun memberatkan. Selain bisa mengenal orang lain dengan latar belakang berbeda-beda, kegiatan di dalamnya sungguh beragam. Bahkan, setiap ada kegiatan yang diadakan oleh lembaga kemahasiswaan, saya kerap kali ikut. Mulai dari hal-hal sederhana seperti lapak baca, kelas fotografer, kelas musik, hingga mengikuti semua pengkaderan Biro Kemahasiswaan (BKM) (( kecuali salah satu BKM dengan ranah keagamaan, karena SMA saya sudah pernah mencobanya )). Banyak yang bertanya-tanya kenapa saya mengikuti semua kegiatan tersebut, namun jawaban yang hanya satu : penasaran. Namun satu hal yang pasti, dari sekian banyak kegiatan, satu-satunya yang bertekad saya masuki adalah BKM kepecintaalaman. Menurutku, menyatu dengan alam adalah kegiatan lain yang sangat menyenangkan!
Semester 1 saya banyak menghabiskan waktu dengan teman sekelas, sebut saja namanya micin (( tapi sekarang sudah berubah menjadi scoto karena lain hal )). Salah satu sosok yang berjasa yang membuat saya dapat mengenal orang yang di kemudian hari mencerahkan hari adalah sari laut ((nama samaran ygy). Tanpa dia, saya mungkin tidak akan mengenal orang-orang hebat di geng ini.
Semester 2 hingga semester 6 saya banyak sekali menghabiskan waktu di BKM kepecintaalaman. Benar-benar menghabiskan waktu bersama semut-semut (( sebutan bagi anggota )) ini hingga hampir 24/7 bersama mereka. Cinta dan benci terbangun begitu kuat. Banyak yang kudapatkan terutama persoalan dengan orang lain. Namun, jika ditanya apakah saya menikmatinya atau tidak, jawabannya adalah tidak. Saya senang menghabiskan waktu bersama mereka, tapi tidak mereka semua. Banyak sekali air mata yang kukeluarkan sia-sia, menangisi orang yang tidak pantas untuk ditangisi. Benar adanya kekeluargaan di sini menjadi nomor satu, akan tetapi bukan tempat untuk pulang dan mengadu. Meski demikian, saya bersyukur dipertemukan kepada mereka, mencintai semut-semut ini juga bagian dari perjalanan yang tidak akan kusesali.
Semester 7, saya mulai mencicipi suasana pekerjaan ketika magang di salah satu dinas di kota kelahiran. Meski tidak bekerja begitu keras, namun melihat bagaimana kesibukan masing-masing orang di sana membuat saya bisa sedikit membayangkan bagaimana dunia kerja. Di semester ini pula saya mulai aktif kembali bergaul dengan geng teman sekelas. Menghabiskan waktu dan mencoba membuka diri. Agak sulit, namun menyenangkan. Di saat ini, saya masih membagi diri antara scoto ((nama geng)) dan semut. Saya mulai merasa bahwa jika terlalu menarik diri dari scoto, saya akan menyesal.
Semester 8, saya mulai banyak menghabiskan waktu bersama scoto. Menghabiskan waktu bersama mereka tidak pernah terasa melelahkan. Saya rasa keputusan ini merupakan salah satu keputusan yang bijak :D meski kebanyakan hanya 'moppo' di BO, dan keliling tidak jelas dengan mba luna ataupun felix, saya benar-benar menikmatinya. Selain itu, saya juga sedang berusaha menyelesaikan tahap awal penyelesaian studi, yaitu sempro.
Semester 9 merupakan masa sulit. Bahkan, skripsiku benar-benar terhambat. Namun, dari masa sulit itu saya menemukan banyak pelangi. Bertemu dengan manusia-manusia luar biasa yang sebelumnya sudah saya ceritakan. Isu mengenai pertemanan di masa perkuliahan yang tidak menyengkan ternyata tidak berlaku di kehidupanku. Bahkan, mereka yang mengajakku melihat dunia. Di saat ini pula, saya bertemu dengan png. Bertemu dengan manusia-manusia random ternyata dapat membuat kehidupan lebih random, namun bermakna. Loff yuu oll (( peluk dan cium ))
Semester 10 merupakan masa kebangkitan. Setelah banyak bertukar tawa dan motivasi dengan scotoxpng, saya mulai menyusun kembali skripsi, menyelesaikan apa yang harus diselesaikan, sembari bergelut dengan perasaan resah menghadapi tahap kehidupan selanjutnya. Saya dan teman-teman saling memberi energi positif dan mendukung satu sama lain agar bisa terus melangkah. Meski di semester ini banyak kemajuan terutama pada skripsi, sayangnya saya masih harus melanjutkan penelitian di semester selanjutnya dikarenakan satu dan lain hal.
Semester 11 saya berhasil menyelesaikan penelitian dengan hasil yang tidak begitu buruk. Lika-liku perkuliahan akhirnya sampai pada tahap akhir. Banyak sekali air mata perjuangan yang mengalir tidak sia-sia, karena begitulah adanya. Terima kasih kepada semua manusia yang berperan dalam bangkitnya seorang gutenbai! (( memberikan banyak cinta ))
Tidak ada komentar:
Posting Komentar