Waktu hari Minggu kemarin, sekolah ku melaksanakan Try Out bagi anak kelas 9. Sewaktu berita ini menghampiri kami, banyak yang protes mengapa TO-nya hari Minggu, kata mereka juga, mereka ingin santa-santai. Tapi, setelah itu muncullah kabar kalau TO-nya dari jam 7-3. Disini, kami mulai protes besar-besaran. Megapa TO-nya lama sekali? Bukannya hanya 2 pelajaran?
Setelah itu,
kembali muncul berita bahwa TO-nya dikasih gabung dengan TO untuk minggu depan,
jadi hari minggu nanti kami langsung TO 4 mata pelajaran. Oh nooo… lebih
parahnya lagi, nilai TO akan dijadikan nilai ulangan semester, jadi yang gak
datang ulangan semesternya bakal kosong. Dan hasil dari TO nanti akan di pajang
di mading.
Kami pun sibuk
membicarakan protes-protes kami tentang TO kali ini. sudah pulang lama, 4 mata
pelajaran sekaligus, nilainya bakal di jadikan ulangan semester, dan lebih
parahnya lagi hasilnya bakal di pajang! Otomatis kami harus belajar.
Kemudian, waktu
hari sabtu perbincangan tentang TO semakin menjadi-jadi setelah pengumuman
secara resmi di bagikan di selebaran kertas untuk di tempel di setiap kelas.
Saat aku yang sewaktu itu duduk di luar karena mata pelajaran bahasa Indonesia
yang gak masuk, aku diberikan oleh bu *ashemenee setumpuk kertas untuk dibagikan
di setiap kelas. Karena malas banget pergi setiap kelas, jadi aku
menyerahkannya kepada temanku yang lain sambil membawa masuk satu selembaran
pengumuman. Eky, langsung mengambilnya dari tanganku untuk membacanya.
“We sampai jam 5
ki!” katanya, sambil tertawa-tawa. Tentu saja kami tidak memercayainya.
“Bisanya pi tuh” jawab kami.
“Astaga, betulan
ka! Nda percaya ko?” katanya memastikan kami. Kami masih tidak
memercayainya,”Jangko begitu deh Eky, tempel mi cepat itu” kata salah satu
temanku.
“Astaga, neh
liati mi” katanya sambil memperlihatkan kertas itu kepada kami.
“HAAAAAAAAAAAAAAAAHHHH??!!!”
teriak kami bersamaan. Yap! Benar saja, TO-nya sampai jam 5. Segera kelasku
ricuh tidak menerima kenyataan pahit ini. heey, kami sudah cukup menderita
dengan adanya TO ini. apa yang akan dilakukan sampai jam 5? Hari biasa saja,
kami sudah kewalahan yang hanya sampai jam 2, nah ini? kami harus duduk rapi
perbangku satu orang, dan mengisi lembar jawaban dengan bulat-bulat sampai jam
5? Tidak heran kalau saja nanti ada yang pingsan saat TO berlangsung, atau kalo tidak teriak-teriak gak jelas.
Akhirnya, dengan
terpaksa kami menerima kenyataan pahit ini. saat pulang, aku akan belajar. Jadi,
waktu bel berbunyi, aku sempat di tawari untuk tinggal belajar di sekolah, tapi
aku menolak karena aku lebih suka belajar sendiri.
Saat sampai
rumah, aku beristirahat sejenak. Nonton, dan online sebentar. Tapi kok waktu
terasa cepat sekali? .___. Akhirnya aku mulau belajar setelah magrib.
Awalnya, aku
berniat belajar matematika. Aku pun membuka buku latihan UN. Aku lalu membaca
sedikit penjelasan-penjelasan yang diberikan, lalu mencoba mengerjakan soal
itu. Tapi kok, penjelasan dan contoh soalnya, beda sama latihan soalnya? Kaan
taaaiiikk!
Aku melangkah ke
soal berikutnya, tapi sama saja. Setiap kali aku menghitung, pasti jawaban
hasil kerjaku dan pilihan di soalnya tak satupun yang sama. Begitu pula dengan
soal berikutnya. Aku pun meninggalkan matematika, berpindah ke IPA.
Mungkin, kalau
IPA aku masih bisa mengerjakannya. Dengan percaya diri aku membuka
penjelasan-penjelasannya, lalu membaca latihan soalnya. Tapi tetap saja,
nasibku di IPA sama saja dengan di Metematika. Di penjelasan mengenai otak,
yang dijelaskan hanya otak kanan, kiri, dan sebagainya. Dan di soalnya yang
ditanyakan ‘Otak bagian manakah yang mengatur denyut nadi?’ -___- di
pembahasannya sama sekali tidak dijelaskan. Taik banget.
Aku lalu
berpindah ke bahasa Indonesia. Iya sih, aku bisa mengerjakannya. Tapi memboca
soal bahasa Indonesia sama dengan membaca satu novel teenlit. Panjaaaanng
bangeett, serasa pengen kutelan tu buku supaya materinya masuk diotak tanpa perlu diproses diotak dulu. Tapi akhirnya aku bisa menyelesaikannya dengan
penuh keringat hasil usahaku sendiri.
Aku mau belajar
matematika, tapi gak ngerti sama sekali. Aku mengajak Fira kerumah buat belajar
bersama, tapi dia malah mengajakku bermalam dirumahnya. Yaaa aku sih bisa-bisa
saja, jadi dia datang menjemputku jam setengah 10.
Dirumahnya Fira
kami sempat embel-embelan mungkin setengah jam. Seperti, ngobrol dulu, main
gitar, dll. Akhirnya aku duduk dan mencoba mengerjakan matematika. Tapi sama
saja. Aku memang bertanya, tapi ujung-ujungnya cerita sampai seterusnya. Sampai
akhirnya aku memilih membaca komik.
Besoknya, aku
merasa kaget sendiri, melihat anak kelas lain yang berwarna-warni. Serasa
berada di ajang fashion show. Memang jarang-jarang sih, kita memakai baju
bebas ke sekolah tapi kan gak sampai harus yang over. Bahkan aku sempat
berpikir hanya memakai baju lengan panjang polos saja. Apa jadinya nanti saat
perpisahan berlangsung?
Saat itu aku
sedang bercakap-cakap sama Ibnu, kemudian Nisa datang. dia terlihat dewasa
sekali. Ibnu yang juga melihat Nisa datang langsung melihat ke arahku dari
ujung kaki sampai kepala. “Deh dewasanya Nisyus, baru kau? Kayak anak-anak
saja” katanya. DOOEENNG. Dan alhasil hampir seharian itu aku merenungi
kata-katanya.
TO pun dimulai,
dan kami duduk di bangku masing-masing. Yaa untung saja bahasa Indonesia yang
pertama, setidaknya aku lebih suka membaca ketimbang menghitung. Bahasa
Indonesia berjalan dengan baik, tapi saat matematika berlangsung rasanya aku
sudah mau meledak saking setressnya, dan di titik darah penghabisanku aku
berserah diri saja kepada Allah Yang Maha Kuasa.
Setelah selesai
mengerjakan metematika, aku kemudian menghirup lezatnya aroma dunia luar dengan
bebasnya. Kami bisa istirahat karena TO akan kembali dimulai setelah shalat
dzuhur. Ibnu mengajakku ke indomaret untuk membeli cemilan, yaa aku sih mau-mau
saja. Sampai di Indomaret, aku lalu bingung mau beli apa. Jadi aku hanya
mengambil lays saja, begini lah diriku kalau di ajak ke minimarket, dalam
pikiran yang mau di beli segudang, pas sampai hanya beli satu. Setelah di
kasir, ternyata Ibnu berniat mentraktirku, yeeeeaaayyy… tapi sebagai imbalannya
aku yang bawa kantong plastiknya-___- taik.
Dari kami pergi
sampai ke sekolah dia masih memegang bukuku, katanya mau belajar di taman baca,
tapi ujung-ujungnya ketemu Ariqah, dan Farid, dan alhasil kami tidak jadi
belajar sibuk ngobrol. ini namanya "ketemu teman syndrome".
Setelah dzuhur
kami kembali ke dalam kelas. IPA dan Bahasa Inggris siap menunggu. Untung saja bahasa
Inggris yang duluan. Setidaknya tidak bikin setress. Saat IPA berlangsung,
aku sudah angkat tangan. Apa yang diajarkan guruku dan di soal beda jauh. Miris.
Aku selesai lebih
awal, jam 3-an lah. Untung saja pulang jam 5 itu hanya mitos belaka yang berasal dari
guru setempat. Di atas angkot atau pete-pete istilah di Makassar, aku, Nisa dan
Nule, berbincang dan bercanda untuk singgah makan, eh malah singgah betulan, ya
sudah. kami singgah.
Keesokan harinya
guru ku bercerita tentang siswa yang nyontek, dia mengatakan kalau siswa
tersebut bodoh, kenapa dia menyontek padahal TO ini hanya untuk mengetes
kemampuan kami? Ya ampuun, pak, kalau memang TO ini hanya untuk mengetes
kemampuan kami sampai dimana, kenapa perlu dijadikan nilai semester lalu
dipajang? Selain itu, kami tentu saja tidak bisa langsung belajar 4 mata
pelajaran sekaligus dengan baik dalam waktu singkat. Mungkin dalam pikiran mereka dengan
dijadikannya TO ini sebagai nilai semester, kami akan belajar dengan
sungguh-sungguh. Tapi, apa mereka tidak berpikir masih ada jalan lain yang
lebih praktis? Ya contohnya dengan menyontek. Jadi, jangan salah kan kami dong,
yang sebenarnya belum siap tapi dipaksakan untuk siap, karena kami ini anak
yang baru belajar. Dan kami juga bukan robot yang tinggal dimasukkan chip ke
dalam program mereka lalu dengan seketika saja akan mengerti semuanya...
wah anak"
BalasHapusnda nah sotta -_____________-
Hapus