Kamis, 19 Maret 2015

Perkenalkan, kami PELAJAR. Bukan ROBOT



Waktu hari Minggu kemarin, sekolah ku melaksanakan Try Out bagi anak kelas 9. Sewaktu berita ini menghampiri kami, banyak yang protes mengapa TO-nya hari Minggu, kata mereka juga, mereka ingin santa-santai. Tapi, setelah itu muncullah kabar kalau TO-nya dari jam 7-3. Disini, kami mulai protes besar-besaran. Megapa TO-nya lama sekali? Bukannya hanya 2 pelajaran?
Setelah itu, kembali muncul berita bahwa TO-nya dikasih gabung dengan TO untuk minggu depan, jadi hari minggu nanti kami langsung TO 4 mata pelajaran. Oh nooo… lebih parahnya lagi, nilai TO akan dijadikan nilai ulangan semester, jadi yang gak datang ulangan semesternya bakal kosong. Dan hasil dari TO nanti akan di pajang di mading.


Kami pun sibuk membicarakan protes-protes kami tentang TO kali ini. sudah pulang lama, 4 mata pelajaran sekaligus, nilainya bakal di jadikan ulangan semester, dan lebih parahnya lagi hasilnya bakal di pajang! Otomatis kami harus belajar.
Kemudian, waktu hari sabtu perbincangan tentang TO semakin menjadi-jadi setelah pengumuman secara resmi di bagikan di selebaran kertas untuk di tempel di setiap kelas. Saat aku yang sewaktu itu duduk di luar karena mata pelajaran bahasa Indonesia yang gak masuk, aku diberikan oleh bu *ashemenee setumpuk kertas untuk dibagikan di setiap kelas. Karena malas banget pergi setiap kelas, jadi aku menyerahkannya kepada temanku yang lain sambil membawa masuk satu selembaran pengumuman. Eky, langsung mengambilnya dari tanganku untuk membacanya.
“We sampai jam 5 ki!” katanya, sambil tertawa-tawa. Tentu saja kami tidak memercayainya. “Bisanya pi tuh” jawab kami.
“Astaga, betulan ka! Nda percaya ko?” katanya memastikan kami. Kami masih tidak memercayainya,”Jangko begitu deh Eky, tempel mi cepat itu” kata salah satu temanku.
“Astaga, neh liati mi” katanya sambil memperlihatkan kertas itu kepada kami.
“HAAAAAAAAAAAAAAAAHHHH??!!!” teriak kami bersamaan. Yap! Benar saja, TO-nya sampai jam 5. Segera kelasku ricuh tidak menerima kenyataan pahit ini. heey, kami sudah cukup menderita dengan adanya TO ini. apa yang akan dilakukan sampai jam 5? Hari biasa saja, kami sudah kewalahan yang hanya sampai jam 2, nah ini? kami harus duduk rapi perbangku satu orang, dan mengisi lembar jawaban dengan bulat-bulat sampai jam 5? Tidak heran kalau saja nanti ada yang pingsan saat TO berlangsung, atau kalo tidak teriak-teriak gak jelas.

Akhirnya, dengan terpaksa kami menerima kenyataan pahit ini. saat pulang, aku akan belajar. Jadi, waktu bel berbunyi, aku sempat di tawari untuk tinggal belajar di sekolah, tapi aku menolak karena aku lebih suka belajar sendiri.
Saat sampai rumah, aku beristirahat sejenak. Nonton, dan online sebentar. Tapi kok waktu terasa cepat sekali? .___. Akhirnya aku mulau belajar setelah magrib.
Awalnya, aku berniat belajar matematika. Aku pun membuka buku latihan UN. Aku lalu membaca sedikit penjelasan-penjelasan yang diberikan, lalu mencoba mengerjakan soal itu. Tapi kok, penjelasan dan contoh soalnya, beda sama latihan soalnya? Kaan taaaiiikk!
Aku melangkah ke soal berikutnya, tapi sama saja. Setiap kali aku menghitung, pasti jawaban hasil kerjaku dan pilihan di soalnya tak satupun yang sama. Begitu pula dengan soal berikutnya. Aku pun meninggalkan matematika, berpindah ke IPA.
Mungkin, kalau IPA aku masih bisa mengerjakannya. Dengan percaya diri aku membuka penjelasan-penjelasannya, lalu membaca latihan soalnya. Tapi tetap saja, nasibku di IPA sama saja dengan di Metematika. Di penjelasan mengenai otak, yang dijelaskan hanya otak kanan, kiri, dan sebagainya. Dan di soalnya yang ditanyakan ‘Otak bagian manakah yang mengatur denyut nadi?’ -___- di pembahasannya sama sekali tidak dijelaskan. Taik banget.
Aku lalu berpindah ke bahasa Indonesia. Iya sih, aku bisa mengerjakannya. Tapi memboca soal bahasa Indonesia sama dengan membaca satu novel teenlit. Panjaaaanng bangeett, serasa pengen kutelan tu buku supaya materinya masuk diotak tanpa perlu diproses diotak dulu. Tapi akhirnya aku bisa menyelesaikannya dengan penuh keringat hasil usahaku sendiri.
Aku mau belajar matematika, tapi gak ngerti sama sekali. Aku mengajak Fira kerumah buat belajar bersama, tapi dia malah mengajakku bermalam dirumahnya. Yaaa aku sih bisa-bisa saja, jadi dia datang menjemputku jam setengah 10.
Dirumahnya Fira kami sempat embel-embelan mungkin setengah jam. Seperti, ngobrol dulu, main gitar, dll. Akhirnya aku duduk dan mencoba mengerjakan matematika. Tapi sama saja. Aku memang bertanya, tapi ujung-ujungnya cerita sampai seterusnya. Sampai akhirnya aku memilih membaca komik.
Besoknya, aku merasa kaget sendiri, melihat anak kelas lain yang berwarna-warni. Serasa berada di ajang fashion  show. Memang jarang-jarang sih, kita memakai baju bebas ke sekolah tapi kan gak sampai harus yang over. Bahkan aku sempat berpikir hanya memakai baju lengan panjang polos saja. Apa jadinya nanti saat perpisahan berlangsung?
Saat itu aku sedang bercakap-cakap sama Ibnu, kemudian Nisa datang. dia terlihat dewasa sekali. Ibnu yang juga melihat Nisa datang langsung melihat ke arahku dari ujung kaki sampai kepala. “Deh dewasanya Nisyus, baru kau? Kayak anak-anak saja” katanya. DOOEENNG. Dan alhasil hampir seharian itu aku merenungi kata-katanya.

TO pun dimulai, dan kami duduk di bangku masing-masing. Yaa untung saja bahasa Indonesia yang pertama, setidaknya aku lebih suka membaca ketimbang menghitung. Bahasa Indonesia berjalan dengan baik, tapi saat matematika berlangsung rasanya aku sudah mau meledak saking setressnya, dan di titik darah penghabisanku aku berserah diri saja kepada Allah Yang Maha Kuasa.
Setelah selesai mengerjakan metematika, aku kemudian menghirup lezatnya aroma dunia luar dengan bebasnya. Kami bisa istirahat karena TO akan kembali dimulai setelah shalat dzuhur. Ibnu mengajakku ke indomaret untuk membeli cemilan, yaa aku sih mau-mau saja. Sampai di Indomaret, aku lalu bingung mau beli apa. Jadi aku hanya mengambil lays saja, begini lah diriku kalau di ajak ke minimarket, dalam pikiran yang mau di beli segudang, pas sampai hanya beli satu. Setelah di kasir, ternyata Ibnu berniat mentraktirku, yeeeeaaayyy… tapi sebagai imbalannya aku yang bawa kantong plastiknya-___- taik.
Dari kami pergi sampai ke sekolah dia masih memegang bukuku, katanya mau belajar di taman baca, tapi ujung-ujungnya ketemu Ariqah, dan Farid, dan alhasil kami tidak jadi belajar sibuk ngobrol. ini namanya "ketemu teman syndrome".
Setelah dzuhur kami kembali ke dalam kelas. IPA dan  Bahasa Inggris siap menunggu. Untung saja bahasa Inggris yang duluan. Setidaknya tidak bikin setress. Saat IPA berlangsung, aku sudah angkat tangan. Apa yang diajarkan guruku dan di soal beda jauh. Miris.
Aku selesai lebih awal, jam 3-an lah. Untung saja pulang jam 5 itu hanya mitos belaka yang berasal dari guru setempat. Di atas angkot atau pete-pete istilah di Makassar, aku, Nisa dan Nule, berbincang dan bercanda untuk singgah makan, eh malah singgah betulan, ya sudah. kami singgah.

Keesokan harinya guru ku bercerita tentang siswa yang nyontek, dia mengatakan kalau siswa tersebut bodoh, kenapa dia menyontek padahal TO ini hanya untuk mengetes kemampuan kami? Ya ampuun, pak, kalau memang TO ini hanya untuk mengetes kemampuan kami sampai dimana, kenapa perlu dijadikan nilai semester lalu dipajang? Selain itu, kami tentu saja tidak bisa langsung belajar 4 mata pelajaran sekaligus dengan baik dalam waktu singkat. Mungkin dalam pikiran mereka dengan dijadikannya TO ini sebagai nilai semester, kami akan belajar dengan sungguh-sungguh. Tapi, apa mereka tidak berpikir masih ada jalan lain yang lebih praktis? Ya contohnya dengan menyontek. Jadi, jangan salah kan kami dong, yang sebenarnya belum siap tapi dipaksakan untuk siap, karena kami ini anak yang baru belajar. Dan kami juga bukan robot yang tinggal dimasukkan chip ke dalam program mereka lalu dengan seketika saja akan mengerti semuanya...  

 
wajah bahagia setelah try out :3

2 komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...