Sabtu, 08 September 2018

SBMPTN itu...



https://id.pinterest.com/pin/469711436128368056/

Lohaaa~

Lama rasanya baru mulai mempunyai niat untuk menulis di blog ini. Sempat terbersit dipikiran apa sebaiknya blog ini saya tutup? Toh pembacanya juga gak banyak...
Tapi entah mengapa saya masih enggan untuk menutup blog ini. Meski terakhir kali saya update pas masih SMP dan sekarang saya sudah masuk perkuliahan, rasanya berat untuk menghapus tulisan mengenai cerita abstrak saya ketika SMP. Daaann... sekarang saya ingin kembali menulis di blog ini, hehehe...
Kaku rasanya menulis kembali di blog ini, secara saya telah vakum beberapa tahun.
Hem.. jadi, saya akan memulai kembali dengan cerita perjuangan saya masuk di perkuliahan.

Sewaktu masih kelas 1-2 SMA, saya masih belum ambil pusing soal masa depan saya. Yang saya inginkan hanya bisa masuk ke jurusan yang benar-benar saya inginkan, yaitu desain. Otak kanan saya memang lebih aktif ketimbang otak kiri, sehingga saya benar-benar tidak ingin bertemu dengan pelajaran yang menyusahkan otak. Saya hanya ingin melakukan yang saya sukai, menggambar.
Saat memasuki bangku kelas 3, saya mulai memikirkan masa depan. Setelah urusan dengan organisasi telah kelar, saya serasa ditampar kenyataan bahwa saya harus memikirkan bagaimana saya bisa lulus SBMPTN. Mendengar cerita dari kakak-kakak mengenai sulitnya mereka mengikuti SBMPTN membuat nyaliku ciut, yang tadinya saya optimis bisa lulus, setelah mendengar mereka saya serasa dihadapkan oleh kenyataan bahwa kemauan kita tidak selalu dapat dipenuhi.

Sudah banyak teman-teman saya yang mengikuti les di sana-sini, dan tak lupa mempromosikan tempat les mereka. Saya sangat ingin mengikuti les, karena saya tau diri:v otakku tidak dapat selalu diandalkan. Namun, saat itu krisis ekonomi sedang melanda, sehingga saya tidak ingin memberatkan kedua orang tua saya. Saya kemudian mencari cara bagaimana saya dapat bersaing dengan orang-
orang yang mengikuti les berkualitas dengan harga tak tanggung-tanggung.

Saat memikirkan bahwa berat untuk mengikuti les, saya sangat merasa tertekan dan tidak percaya diri. Bagaimana mungkin dengan kapasitas otak saya yang tidak cemerlang ini bisa berhasil lolos dengan pesaing hingga jutaan orang?

Saya pun memutuskan untuk berlangganan Zenius, dan membeli buku SBMPTN. Disaat teman-teman saya masih tidak memikirkan SBMPTN, saya membeli buku itu. Saya kemudian berpikir, jika saya tidak les, setidaknya saya mesti memulai lebih awal dari mereka (meskipun sebenarnya sudah sangat terlambat jika baru mau belajar saat itu wkwkwk). Saya pun mulai mengatur waktu belajar, dan lebih niat untuk mengerjakan serta memfokuskan diri ke pelajaran. Tidak jarang saya mengajak teman untuk pergi belajar ke perpustakaan, dan menyadarkan mereka bahwa kita harus belajar untuk mendapatkan yang diinginkan.

Oh ya, karena di SMA ini nilaiku lumayan (selalu berada di 10 besar), saya sangat berharap bisa lolos lewat jalur undangan atau SNMPTN.  Tahap awal saya berhasil lulus karena nilai-nilai saya selama ini membuat saya berhak berpartisipasi dalam jalur undangan. Saya pun memilih semua jurusan desain, salah satunya adalah ISI Yogyakarta. Ketika pengumuman SNMPTN, saya mesti menerima kenyataan bahwa ISI bukan jalan untukku. Ya, saya tidak lulus SNMPTN, membuat saya mesti berhadapan dengan SBMPTN. Teman saya yang lulus SNMPTN menyemangati dan mengatakan bahwa saya mesti benar-benar fokus. Saya pun merasa tertantang. Mungkin karena faktor saya sudah mulai belajar jauh-jauh sebelumnya membuat saya tidak sefrustasi orang lain yang sangat berharap lulus SNMPTN dan tidak berhadapan dengan SBMPTN. Saya mulai belajar gila-gilaan. Di rumah maupun di sekolah buku saya selalu di tangan. Selain saya, ada juga beberapa teman saya yang tidak bisa mengikuti les, sehingga kami berinisiatif untuk belajar bersama, setidaknya kami bisa membantu satu sama lain untuk mengerjakan soal-soal. Kami juga membeli buku yang beragam agar banyak mendapatkan referensi. Salah satu teman saya yang les di tempat terpercaya, dengan senang hati meminjamkan buku lesnya untuk kami pelajari (Thanks bung <3). BegituLAH kami, belajar dari buku satu ke buku lain hingga larut malam.

Selain belajar, saya juga tidak lupa untuk senantiasa meminta yang terbaik kepada Allah SWT. Saya selalu mengatakan kepada diri sendiri bahwa Tuhan selalu memberikan kita yang terbaik, meski kita menganggap itu bukan yang terbaik, tapi percayalah bahwa itu adalah yang terbaik. Selama libur setelah UN, saya belajar seharian, mengunci pintu dan belajar, belajar, belajar, hingga rasanya kepala saya berasap. Saya selalu merasa saya belum bisa menguasai ini semua, dan sedikit menyesal mengapa saya baru sadar ketika naik ke kelas 3.

Sampai ketika hari tes SBMPTN pun tiba. Pilihan pertama saya DKV, kedua Psikologi, dan ketiga Arkeologi. Saya sangat berharap di DKV, karena saya merasa di situlah kemampuan saya. Sebelum hari H, saya beberapa kali meminta restu di sana-sini. Dan kembali meminta doa kepada orang tua saya. Abi saya selalu mengingatkan saya untuk bersedekah sebelum hari tes tiba. Semua yang telah orang tua saya lakukan untuk menyemangati anak mereka yang memiliki otak standar membuat saya lebih percaya diri. Toh, jika tidak lulus, saya hanya harus mencari lagi jalan saya. oh ya, saya juga telah mempunyai rencacna apabila tidak lulus SBMPTN, yaitu memperdalam kemampuan biola saya. Dengan mempunyai rencana cadangan membuat saya lebih  percaya diri, dan tidak takut akan frustasi apabila tidak lulus SBMPTN.

Saat tes dimulai, saya sempat gemetaran. Namun, kemudian bisa normal kembali dan mulai fokus. Setelah semua tes telah saya lakukan, saya kemudian mengingat perkataan kakak-kakak saya yang mengatakan bahwa saat mengerjakan tes mereka serasa ingin muntah, pusing, serta sakit kepala. Namun, saya tidak merasa demikian. Saya bisa lebih santai dari yang saya bayangkan, padahal saya juga masih kurang yakin dengan jawaban saya. Setelah sampai di rumah, barulah saya tahu alasan mengapa saya bisa lebih santai. Alasannya adalah umi saya yang dari rumah membantu saya dengan shalawat dan tapping (Refleksi dari jauh). Ini membuat saya benar-benar yakin bahwa doa orang tua selalu dapat menenangkan kita.

Kurang lebih 2 bulan kami para peserta SBMPTN mesti digantung. Hingga kadang saya lupa kapan pengumuman dilaksanakan. Abiku kerap kali mengatakan bahwa dia punya firasat saya bisa lulus di Psikologi. Sewaktu itu saya hanya menganggap itu sebagai penyemangat. Lagipula saya masih sangat ingin masuk DKV. Dan juga jurusan psikologi yang saya pilih mempunyai peminat yang luar biasa. Jadi saya berpikir bahwa kalaupun saya bisa lulus SBMPTN, saya pasti di pilihan ketiga. Itupun jika saya benar-benar beruntung. Hal ini karena peminat dari Arkeologi masih kurang.

Saat hari pengumuman pun tiba. Saya tidak bisa berpikir dengan jernih. Berulang kali saya meyakinkan diri saya bahwa saya akan mendapatkan yang terbaik. Sempat saya tidak ingin langsung membuka hasilnya, namun saya kembali berpikir, selama apapun waktu yang saya tunda untuk membuka hasilnya, hasil tersebut tidak akan berubah. Maka saya pun membukanya....


Bahagia tentu menghampiri. Saya menangis sejadi-jadinya karena tidak sangka akan lulus, terutama di Psikologi yang dari awal saya sudah tidak yakin dapat lulus di jurusan ini. Saya bangga. Sangat bangga. Pengorbanan serta jerih payah saya selama ini tidak sia-sia. Doa serta restu orang-orang di sekitar saya membuat saya bisa menjadi calon psikolog. Saya sangat merasa puas dengan diri saya sendiri. Saya pun menyadari bahwa usaha selau mendapatkan hasil yang setimpal. Hal ini juga karena saya telah memilih jalan yang tepat dan Allah telah memberikan saya yang terbaik. 

Meski selama ini saya sangat menginginkan menjadi desainer, saya yakin bahwa menjadi lulusan psikolog merupakan jalan saya, dan menjadi terbaik untuk saya. Dan juga saya mengingat sebuah kalimat bahwa...

“Allah tidak memberikan apa yang kita mau, tetapi Allah memberikan kita apa yang kita butuhkan”. 

Saya semakin yakin dengan jalan saya. Sekarang sangat kurang psikolog yang dapat diandalkan di Indonesia. Saya akan menjadi seorang psikolog yang dapat membantu orang lain. Doakan yah gaaeess~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...